Banjarbaru (ANTARA) - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf mengingatkan wali asuh dan wali asrama siswa Sekolah Rakyat mengenai bahaya perundungan, kekerasan fisik/seksual hingga intoleransi, sehingga apapun alasannya tidak boleh terjadi di Sekolah Rakyat.
Mensos Saifullah menegaskan hal itu saat memberikan pembekalan wali asuh dan wali asrama siswa Program Sekolah Rakyat Batch II 2025 secara hybrid pada enam provinsi se-Indonesia, melalui tatap muka di Balai Besar Pendidikan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa.
Baca juga: Mensos: Sekolah Rakyat untuk masyarakat terpinggirkan
“Bayangkan kalau kita menjadi mereka, seperti apa perasaan mereka yang berlatar belakang dari keluarga ekonomi lemah,” ujarnya.
Jika para wali asuh dan wali asrama tidak bisa menjauhi tiga hal itu, Mensos meminta mereka mengundurkan diri dari Program Sekolah Rakyat karena masih banyak anak-anak bangsa yang siap mengabdi dengan tujuan mulia.
“Saya ingatkan ya, empati sangat dibutuhkan. Jika ada wali yang tidak sanggup menjauhi perundungan, kekerasan, dan intoleransi, lebih baik mengundurkan diri, karena cepat atau lambat pasti ketahuan,” ujar Mensos.
Sebagai bentuk komitmen, Mensos meminta para wali asuh dan wali asrama yang hadir tatap muka di BBPPKS Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mengangkat tangan kanan dan mengucapkan ikrar bersama untuk menjauhi perundungan, kekerasan, dan intoleransi.
Sedangkan lima provinsi lain, yakni Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Papua, mengikuti secara virtual.
Di sela-sela pembekalan di Banjarbaru, salah seorang siswa Sekolah Rakyat Terpadu 9 Banjarbaru Saifudin yang bercita-cita menjadi anggota TNI AD menyampaikan rasa syukur bisa bersekolah dengan fasilitas yang layak.
Baca juga: 16.000 siswa terima manfaat Sekolah Rakyat pada 2025
“Saya berterima kasih karena sekarang kami bisa sekolah dengan fasilitas yang layak. Saya ingin belajar sungguh-sungguh agar bisa meraih cita-cita menjadi tentara,” kata Saifudin.
Sementara, Naila Indira Putri, siswi asal Banjarmasin yang bercita-cita menjadi dokter, juga berbincang dengan Mensos Saifullah. Ia bercerita bahwa sejak tinggal di Sekolah Rakyat pada 14 Juli lalu, ia merasa nyaman dengan dukungan guru-guru yang baik, teman-teman baru, serta fasilitas asrama.
“Saya senang sekali bisa belajar di Sekolah Rakyat, bisa makan tiga kali sehari, dan semua mendukung cita-cita saya menjadi dokter,” ungkap Naila.
Kepada para siswa, Mensos berpesan untuk menyayangi orang tua dan menghormati guru.
“Jadi, anak-anak Sekolah Rakyat harus menyayangi orang tua apapun profesinya, dan menghormati guru,” tutur Mensos.
Pelatihan tahap II bagi wali asuh dan wali asrama Sekolah Rakyat ini diikuti 655 peserta yang berlangsung pada 22-26 September 2025.
Kemensos memberikan materi mencakup pola asuh sesuai jenjang pendidikan, SOP penanganan kedaruratan, hingga standar pengelolaan asrama. Kegiatan ini dirancang agar para wali mampu memberikan pengasuhan yang penuh kasih sayang, disiplin dan keteladanan, sekaligus menjadi penguat karakter bagi para siswa.
“Kepada para wali siswa, jadikan pelatihan ini sebagai ladang pengabdian. Kita ingin anak-anak di Sekolah Rakyat tumbuh menjadi generasi tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan. Wali asuh dan wali asrama adalah kunci dalam perjalanan Sekolah Rakyat,” ujar Mensos Saifullah.
Baca juga: Mensos ajak dialog calon siswa Sekolah Rakyat di Kalsel
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mensos ingatkan bahaya perundungan-intoleransi di Sekolah Rakyat
