Banjarmasin (ANTARA) - Hari Kartini bukan sekadar momen peringatan sejarah, tetapi juga momentum refleksi tentang perjuangan dan peran perempuan Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan, terutama di ranah pendidikan dan akademik.
Semangat emansipasi yang diwariskan oleh Raden Ajeng Kartini terus menginspirasi generasi perempuan masa kini untuk berani bermimpi, belajar, dan berkarya.
Bagi Prof. Dr. drg. Maharani Laillyza Apriasari, Sp.PM., Guru Besar yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Hari Kartini adalah saat yang tepat untuk mengenang perjuangan besar seorang perempuan dalam memperjuangkan hak-hak wanita, khususnya hak memperoleh pendidikan yang layak.
“Hari Kartini mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan, terutama generasi muda Indonesia. Kesadaran ini penting untuk terus ditanamkan agar perempuan dapat berkontribusi optimal di berbagai bidang,” ujarnya.
Dalam pandangan Prof. Maharani, perjuangan Kartini tetap relevan dengan kondisi perempuan masa kini.
Representasi perempuan dalam dunia pendidikan dan akademik masih perlu ditingkatkan.
Perempuan harus memiliki akses yang sama terhadap kesempatan belajar, berprestasi, dan berkarier tanpa hambatan karena gender, usia, atau latar belakang.
Namun, tantangan tetap ada. Budaya patriarki yang masih mengakar di berbagai wilayah di Indonesia menjadi hambatan nyata bagi perempuan dalam mengejar pendidikan dan karier.
Ketimpangan sosial dan budaya kerap membatasi ruang gerak perempuan untuk berkembang.
“Perempuan masih kurang terwakili dalam posisi-posisi kepemimpinan. Ini menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, dan institusi pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan,” jelasnya.
Di era digital, semangat Kartini justru semakin memiliki banyak wadah.
Teknologi menjadi sarana pemberdayaan perempuan melalui akses pendidikan online, pelatihan keterampilan, hingga media sosial yang membuka ruang diskusi dan partisipasi perempuan dalam isu-isu sosial, politik, dan ekonomi.
Prof. Maharani menekankan pentingnya perempuan untuk aktif memanfaatkan teknologi sebagai alat perjuangan.
Mulai dari pengembangan diri, advokasi sosial, hingga perlindungan dan keselamatan sesama perempuan.
Selain Kartini, Prof. Maharani memiliki sosok inspiratif yang sangat dekat, yakni ibunda tercinta.
Seorang dosen yang tak pernah berhenti belajar, bahkan menempuh studi S3 di usia yang tidak muda.
“Semangat beliau menginspirasi saya untuk terus menempuh pendidikan hingga jenjang doktor dan akhirnya meraih jabatan Guru Besar di usia 46 tahun,” kisahnya dengan penuh haru.
Sebagai seorang profesor, dia memberikan pesan penuh makna untuk para mahasiswi dan generasi muda:
Menjadi profesor bukan hal yang mudah. Perlu proses panjang, pendidikan S2 dan S3, karya ilmiah, dan pengabdian. Namun, semua itu harus dijalani dengan hati yang bahagia, jujur, dan semangat pantang menyerah tanpa melupakan peran sebagai ibu dan istri.
Institusi pendidikan, menurut dia, memiliki peran strategis dalam mendukung kesetaraan gender.
Dibutuhkan kurikulum yang inklusif, metode pembelajaran yang adil, lingkungan kampus yang aman, serta peluang kepemimpinan yang setara bagi perempuan.
Sebagai satu-satunya dekan perempuan di ULM saat ini, Prof. Maharani telah membuktikan bahwa perempuan mampu memimpin tanpa harus mengorbankan nilai-nilai kesetaraan.
“Saya bersyukur karena di ULM, saya tidak mengalami diskriminasi. Saya bisa bekerja secara profesional dan mendapat dukungan dari berbagai pihak,” tuturnya.
Jika diberi kesempatan untuk berbicara langsung kepada R.A. Kartini, dia ingin menyampaikan satu pesan utama bahwa pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan perempuan.
“Mari kita prioritaskan pendidikan yang berkualitas untuk mencapai tujuan dan impian,” katanya.
Dan untuk perempuan Indonesia di masa depan, harapannya adalah agar mereka menjadi pribadi yang cerdas, berani, dan berbudi luhur siap mengambil peran dalam pembangunan bangsa dan menciptakan masa depan yang lebih cerah.
Selamat Hari Kartini!
Semoga semangat juang Kartini terus hidup dalam diri setiap perempuan Indonesia berdaya, bahagia, dan memberi inspirasi bagi dunia.