Banjarmasin (ANTARA) - Haji Aberani Sulaiman usul nama Jembatan Alalak I Handil Bakti Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Usulan itu mencuat seiring selesainya pembangunan Jembatan Alalak I yang berbatasan Kota Banjarmasin, dan dalam waktu segera pula peresmiannya atau insya Allah pada Oktober mendatang (2021).
Pengusulan penggunaan nama H Aberani Sulaiman yang mantan Gubernur Kalsel itu sebagai nama Jembatan Alalak I tersebut cukup beralasan, yaitu almarhum seorang sosok yang setia pada Republik Indonesia.
Selain itu, sesuai catatan Van Dijk, seorang keturunan Belanda setelah Oktober 1948, kelompok Basry (maksudnya Hasan Basry) diperkuat dengan kehadiran Gusti Abdurahman alias Gusti Aman, dan Pangeran Arya.
Gusti Aman adalah organisator ulung dan Arya merupakan bekas kontraktor yang pernah membangun tangsi-tangsi (benteng) tentara Belanda. Gusti Aman penting perannya dalam menyatukan para pemimpin gerilyawan seperti Ladjida, Damanhuri, Aberani, juga Ibnu Hadjar.
Lebih dari seminggu setelah Persetujuan Roem-Royen, para pejuang itu mendirikan Pemerintah Militer Kalimantan Selatan. Proklamasi mereka rumuskan sejak 15 Mei 1949. H. Aberani Sulaiman, dibantu oleh Gt. Aman, Hasnan Basuki, Pangeran Arya, Budi Gawis, dan Romansie merumuskannya.
Naskah Proklamasi itu lalu diketik pada pukul 03.00 pagi hari tanggal 16 Mei 1949 oleh Romansie. Setelah diperbanyak 10 lembar, naskah tersebut dibawa ke Hasan Basry yang berada di Ni’ih, Kandangan atau kawasan pedalaman Pegunungan Meratus untuk ditandatangani.
Pada 17 Mei 1949, Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan itu dikumandangkan di kawasan pedalaman Pegunungan Meratus tersebut.
“Dengan ini kami rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan, mempermaklumkan berdirinya Pemerintah Gubernur Tentara dari ALRI melingkupi seluruh daerah Kalimantan Selatan menjadi bagian dari Republik Indonesia untuk memenuhi Proklamasi 17 Agustus 1945, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta. Hal-hal yang bersangkutan dengan pemindahan kekuasaan akan dipertahankan dan kalau perlu diperjuangkan sampai tetesan darah yang penghabisan. Tetap Merdeka!"
Menurut van Djik, Hasan Basry bertindak sebagai Gubernur Militer. Kepala Stafnya, Kolonel Aberani, lalu menjadi Kepala Departemen Tatapraja. Urusan Umum dipegang Hasan Basry. Pangeran Arya memimpin Departemen Keuangan dan Kemakmuran dan bekerja sangat tekun ketimbang yang lainnya.
Pemerintahan militer itu bubar di bulan Oktober 1949. Pejuang-pejuang asal Divisi ALRI IV itu pun akhirnya tak punya kuasa lagi sebagai militer.
Belakangan, Hasan Basry mencapai pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen). Dia sempat berkarier di kesatuan TNI Lumbung Mangkurat bersama sebagian kawan-kawan seperjuangannya.
Sebagian bekas anak buahnya banyak yang tak bisa masuk TNI dan memberontak bersama Ibnu Hajar dengan nama atau sebutan Kesatuan Rakjat Jang Tertindas (KRJT).
Berdasarkan hasil penelitian perjuangan kemerdekaan, khususnya di daerah Barabai - Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), H Aberani Sulaiman lahir di Desa Rangas Kecamatan Birayang, 3 Agustus 1925 meninggal dunia di Banjarmasin, 4 Desember 2001.
Beliau adalah anak ke- 2 dari H. Matnuh. H. Aberani mempunyai istri, namanya Siti Norma anak oleh Saberan.
Melalui kisah perjuangan yang heroik dari almarhum terdapat nilai yang dapat diimplementasikan antara lain Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa (Religius), nasionalisme, serta pantang mundur dan tak kenal menyerah.
Selain itu, percaya diri dengan kekuatan dan kemampuan, tanpa pamrih, kesetiakawanan, senasib sepenanggungan dan kebersamaan.
Sebagai Guru ilmu pengetahuan sosial (IPS) sudah tentunya lebih mengenalkan sejarah lokal Kalsel kepada siswa-siswa di sekolah melalui nilai Kejuangan Haji Aberani Sulaiman sebagai sumber belajar IPS tersebut.
H Aberani Sulaiman usul nama Jembatan Alalak I Batola Kalsel
Selasa, 28 September 2021 10:50 WIB