Banjarmasin (ANTARA) - Gelombang ketiga pandemi COVID-19 di Kalimantan Selatan lebih cepat dan lebih tinggi. Jika pada gelombang kedua diperlukan waktu hampir 5 bulan dari titik terendah untuk mencapai 300 kasus, maka pada gelombang ketiga kurang dari satu bulan
untuk mencapai hampir 500 kasus.
Tren peningkatan kasus COVID-19 Kalsel sudah terjadi sejak pertengahan Juni 2021. Memasuki bulan Juli kasus per minggu sudah dua kali dibandingkan pertengahan Juni. Bahkan jumlah kasus di paruh minggu terakhir (12-15 Juli) hampir berlipat dua dari minggu sebelumnya.
Lonjakan kasus harian tersebut berdampak pada berlipatnya jumlah kasus aktif dalam waktu singkat. Kondisi tersebut meningkatkan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit sehingga risiko kematian akan semakin tinggi.
Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan, guna mengurangi risiko kematian, di samping meningkatkan kapasitas tempat tidur isolasi dan intensif di rumah sakit juga dengan peningkatan pengujian dan penelusuran.
Kedua langkah tersebut sangat penting untuk mendeteksi dan mendeteksi secepat-cepatnya penduduk yang telah terpapar. Yang memiliki risiko tinggi tertolong sehingga terhindar dari kematian sedangkan isolasi mencegah penularan yang lebih luas.
Dalam 15 hari bulan Juli, jumlah kasus positif sudah bertambah sebanyak 2.664 orang. Kasus selama setengah bulan Juli ini lebih besar 2 kali lipat dari kasus yang terjadi di bulan Juni dan 1,5 kali kasus bulan Mei.
Kasus terbanyak terjadi dalam waktu 3 hari terakhir (13-15 Juli), yaitu sebesar 1.193 kasus positif atau rata-rata 398 orang per hari yang dikonfirmasi
terinfeksi COVID-19.
"Melonjaknya angka konfirmasi harian tersebut di samping karena peningkatan jumlah pengambilan tes juga akibat peningkatan tingkat penyaluran di tengah-tengah masyarakat," beber Taqin.
Hal ini ditunjukkan oleh melonjaknya angka Positifitas
atau Tingkat Positivitas per minggu hingga 2 kali lipat dari 15,46 persen pada 30 Juni menjadi 23,26 persen pada 8 Juli dan 33,04 persen pada 15 Juli. Sementara Tingkat Positivitas harian pada 15 Juli mencapai
38,17 persen.
Melonjaknya tingkat penularan dan kasus COVID-19 di Kalimantan Selatan pada bulan Juli mendorong naiknya jumlah pasien yang harus melakukan rawat inap di rumah sakit baik ICU maupun isolasi.
Jumlah pasien rawat inap dan Bed Occupancy Rate per hari mulai 30 Juni hingga 15 Juli meningkat 1,9 dan 1,7 kali lipat. Yang sangat kematian adalah kasus dan pasien yang dirawatap juga diikuti dengan bertambahnya kematian pada 1-15 Juli lebih dari 3 kali lipat kasus dalam 15 hari terakhir bulan Juni. Pada 1-15 Juli, jumlah penduduk yang meninggal sudah mencapai 57 kasus.
Dalam periode 1-15 Juli, insidensikasus positif Kalsel bertambah sebanyak 65 kasus sehingga total insidensi menjadi 951 kasus per 100 ribu penduduk.
Adapun insidensi kesembuhan bertambah 24 orang insidensi kematian bertambah 1 kasus sehingga secara keseluruhan sudah ada 864 orang yang sembuh dan 28 meninggal dunia per 100 ribu penduduk.
Untuk menekan laju pertumbuhan kasus baru, seluruh kegiatan yang mendorong penduduk dan menyebabkan berkumpul serta interaksi masyarakat perlu diatur untuk dikendalikan, termasuk tertunda-tunda Pembelajaran Tatap Muka atau PTM.
Penularan banyak di klaster keluarga
Jumlah kasus positif antara perempuan dan laki-laki di Kalimantan Selatan cenderung terjadi seimbang. Hal ini juga terlihat pada gelombang ketiga di mana laju kenaikan kasus pada keduanya berjalan pada jumlah dan arah yang sama. Pola ini dan peningkatan yang sebanding pada kelompok umur, pemanfaatan banyak terjadi di klaster keluarga.
"Di gelombang ketiga pandemi Kalimantan Selatan, peningkatan kasus yang terjadi pada semua kelompok umur," ungkap Taqin.
Generasi Milenial (25-40 tahun), Gen X (41-56) dan Gen Z (9-24) adalah kelompok-kelompok yang mendominasi mendominasi yang terinfeksi dalam rentang waktu 1-15 Juli.
Ini dari kelompok umur 25-34, 34-44, 45-54 dan 18-24 tahun yang paling tinggi kasus keterpaparannya. Tingginya kasus pada kelompok umur produktif di kalangan generasi muda menunjukkan penyaluran cenderung terjadi di kantor dan tempat kerja, dan di mana sering terjadi kegiatan berkumpul dengan membuka masker seperti makan-makan.
Jumlah kasus positif pada 1-15 Juli dibandingkan 16-30 Juni mengalami pertumbuhan lebih dari 200 persen untuk setiap kelompok umur. Artinya terjadi
peningkatan penyaluran secara ganda dalam kurun waktu setengah bulan.
pertumbuhan kasus paling tinggi terjadi pada kelompok umur Sekolah Dasar (6-12), yaitu 373 persen, kemudian 25-34 tahun sebesar 281 persen dan kelompok lansia 65 tahun ke atas 275 persen.
Jumlah kematian pada periode 1-15 Juli sebanyak 57 kasus. Jumlah kasus kematian secara absolut paling besar terjadi pada kelompok umur 55-64 tahun dan 45-54 tahun. Dapat dikatakan kematian terbanyak secara absolut yang berasal dari Gen X.
Pola kasus kematian menurut kelompok umur ini menunjukkan kebalikan dari pola kasus keterpaparan COVID-19. Karena itu untuk mengurangi kasus kematian maka risiko keterpaparan pada kelompok ini ditekankan dengan mencegah kelompok usia muda sebagai carrier virus.
pertumbuhan jumlah kasus kematian periode 1-15 Juli terhadap 16-30 Juni mencapai 217 persen. pertumbuhan kasus kematian tertinggi dialami kelompok umur 55-64 tahun yaitu sebesar 850 persen. Yang sangat mengejutkan adalah pertumbuhan kasus kematian pada kelompok usia muda juga
sangat tinggi; 300 persen untuk kelompok 25-34 tahun dan 100 persen pada 35-44 tahun.
Dengan merasiokan jumlah kasus kematian menurut kelompok umur terhadap jumlah kasus infeksi dari awal pandemi maka sesuai dengan pola umum risiko terinfeksi COVID-19, semakin lama semakin tinggi
kematiannya.
Misal dengan risiko 13,3 persen pada kelompok umur 65 tahun ke atas, maka dari setiap 100 kasus pada kelompok ini sebanyak 13 meninggal.
"Untuk itu sangat penting untuk mencegah dan menekan potensi penularan di kelompok lansia," jelas Taqin.
Usia produktif mendominasi COVID-19
Taqin mengungkapkan kelompok umur produktif mendominasi kasus positif COVID-19 di Kalsel. Semakin tinggi keterlibatan dalam kerja semakin tinggi keterpaparan sebagaimana dihadapi kelompok produktif yang beririsan dengan Generasi Milenial, Gen X dan Gen Z.
Infeksi pada kelompok umur belum produktif lebih tinggi di HSS, Banjarbaru, Tapin, HSU, dan Tanah Laut. Infeksi pada kelompok umur non produktif lebih banyak terjadi di HSS, HSU, Banjarmasin, Tapin dan Balangan. Sedangkan infeksi kelompok produktif lebih banyak terjadi di Tabalong, Balangan, Kotabaru, Tanah
Bumbu, dan Batola. Daerah ini perekonomiannya digerakkan oleh penduduk pendatang.
Kasus positif pada kelompok umur belum produktif di Kalsel selama 1-15 Juli sebanyak 245 orang. Paling besar kasus yang terjadi di Banjarbaru dan Banjarmasin. Di kedua kota ini jumlah kasusnya mencapai 44,4 persen dari total kasus provinsi. Kemudian diikuti Tanah Laut, Barito Kuala dan Banjar. Terdapat 1 kasus kematian pada kelompok ini.
Kasus positif COVID-19 yang menimpa kelompok umur produktif ada 2.282 orang. Sedangkan kasus kematian ada 49 orang. Dari jumlah kasus positif kelompok ini paling banyak terjadi di Banjarmasin. Hal ini tidak aneh mengingat Banajrmasin adalah wilayah dengan populasi paling besar dan paling padat, juga pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan. Sedangkan kasus kematian paling banyak terjadi di Tanah Bumbu.
Kasus positif yang menimpa kelompok umur tidak produktif mencapai 135 orang sedangkan kasus kematian sebanyak 7 kasus. sebagian besar atau 42,2 persen kasus positif yang menimpa kelompok umur tidak produktif atau lansia di Kalsel terjadi di Banjarmasin. Kemudian di Banjarbaru dan Tanah Laut. Sedangkan dari 7 kasus kematian paling banyak terjadi di Banjarmasin dan Banjarbaru kemudian Tapin.
Mobilitas penduduk melalui transportasi umum di Kalimantan Selatan sudah menurun tetapi masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Meskipun ada peningkatan keberadaan penduduk di rumahnya dalam 2 minggu terakhir, tetapi masih sangat rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Mobilitas penduduk di tempat kerja belum menurun. Seharusnya dengan PPKM Mikro maksimal 50 persen WFO berdampak pada turunnya mobilitas di kantor atau di tempat kerja.
Mobilitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan sembako dan obat-obatan khususnya di pasar tradisional masih tinggi. Ini artinya masih sering terjadi di pasar terutama dari awal hingga sebelum pertengahan bulan. Mobilitas mendekati mendekati bulan tua masih lebih tinggi dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Mobilitas penduduk untuk berbelanja dan rekreasi di Kalimantan Selatan masih lebih tinggi dari baseline atau situasi sebelum pandemi. Mobilitas ini cenderung meningkat dari awal bulan dan menurun dari pertengahan bulan. Mobilitas ini terjadi terutama di pusat-pusat pengunjung yang merupakan tingkat keterisian di dalam ruang tertutup yang cukup tinggi sehingga rawan dengan penularan COVID-19.
"Mobilitas penduduk di taman atau ruang publik terbuka dalam seminggu terakhir menurun tetapi masih sangat tinggi dibandingkan baseline. Kerumunan warga di ruang publik menjadi salah satu biang penularan COVID-19," tandas Taqin.
Kalsel memasuki gelombang ketiga pandemi yang lebih cepat penularannya
Selasa, 27 Juli 2021 21:11 WIB
Melonjaknya angka konfirmasi harian tersebut di samping karena peningkatan jumlah pengambilan tes juga akibat peningkatan tingkat penyaluran di tengah-tengah masyarakat