Kegiatan yang hampir digelar setiap malam tersebut dijadikan oleh kelompok anak muda (satu kelompok belasan orang,) sebagai hiburan malam, yang mengasyikkan.
Aris, salah satu ketua kelompok bamasakan Desa Panggung bagian Hulu menuturkan, bamasakan sering digelar lantaran mengasyikan sehingga ketagihan makanya sering digelar.

Lokasi dipilih tentu agak jauh dari kampung terutama di rawa-rawa yang dinilai banyak ikannya, seperti panggadungan, tibung, sakak, durian panjang, tetapi bisa juga pergi ke kampung lain kalau di daerah lain itu ada kawasan rawa yang banyak ikannya.
Acara dihadului dengan memasang tajur yakni pancing yang didiamkan biasanya hampir seratus buah pancing, setelah beberapa jam kemudian pancing itu diperiksa dan ternyata sebagian banyak yang kena ikan.
Ikan yang banyak memakan tajur tersebut adalah lele, belut, gabus, betok atau pepuyu, dan beberapa jenis ikan lagi.
Hasil tangkapan tersebut kemudian dibersihkan lalu dimasak secara gotong royong oleh anak muda, tentu setelah menyiapkan menanak nasi secukupnya satu kelompok.

Setelah pesta makan makam di tengah malam, setelah pukul 12 biasanya acar usai, dan anak muda tersebut pulang ke rumah masing masing.
Acara seperti itu terdapat beberapa kelompok anak muda, bukan saha Desa Panggung bagian hulu tapi juga di Desa Panggung bagian hilir di samping desa desa lainnya sekitar itu.