Banjarmasin (ANTARA) - Begitu lancar wanita berjilbab, yang bernama Taibah Istiqamah menjelaskan satu persatu bahan dari produk kerajinan Kota Amuntai, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) saat bersama penulis belum lama ini mengunjungi sentra penjualan kerajinan, kota tersebut.
"Ini bahan bakunya sebagian besar berada di areal lahan gambut," kata wanita kelahiran Anjir Pasar 1982 ini, makanya jangan nilai lahan gambut itu masalah, tetapi itulah berkah, tambah wanita yang pernah menjadi aktivis lingkungan Kompas Borneo ULM ini.
Bakul, cupikan, tikar, jintingan, dan sebagian besar produk kerajinan ini berbahan tanaman di lahan gambut, purun, pandan, piai, eceng gondok, rotan, bambu, lupu, jangang, dan banyak lagi tanaman yang bisa dibuat kerajinan, begitu kayanya lahan gambut ini, bersyukur memiliki lahan gambut, kata wanita lulusan IKIP bhasa Inggris ULM yang pernah keliling berbagai negara selaku pengawas pemilu internasional ini.
Wanita yang juga pernah menjadi anggota KPU kalteng ini pun berujar, sudah saatnya lahan gambut diperhatikan sebagai suatu potensi yang bisa mensejahterakan rakyat, oleh karena itulah ia bersedia membina desa Gambut sebagai Field Supervisor untuk lembaga Kemitraan (Partnership for Governance Reform) sejak November 2018 hingga Maret 2020.
Mengawal pelaksanaan program Desa Peduli gambut kerjasama dengan Badan Restorasi Gambut di enam desa dalam empat kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Desa Peduli gambut sendiri merupakan irisan antara kegiatan antara kegiatan pemulihan ekosistem gambut dengan pemberdayaan desa.
Salah satu titik tekannya adalah penguatan kegiatan ekonomi masyarakat berbasis lahan gambut diantaranya kerajinan purun, pertanian yang adaptif dengan lahan gambut dan budidaya ikan air tawar.
Selain itu, di Hulu Sungai Utara juga telah diinisiasi terbentuknya kawasan perdesaan dengan Kesatuan Hidrologis Gambut sebagai salah satu dasar pengelompokan clusternya. Kawasan perdesaan ini merupakan langkah bersama antar desa bersinergi dengan para pihak untuk percepatan pembangunan.
Gambut yang masih baik bukan pemicu kebakaran, malah merupakan penyeimbang tata air. Sifatnya yang seperti spons raksasa merupakan tempat yang akan selalu basah walau sedang kemarau panjang. Spons raksasa itu juga punya kekuatan menyerap kelebihan air ketika curah hujan tinggi agar tidak terjadi banjir.
Kebakaran di gambut yang rusaklah yang kemudian meluas, karena lapisan gambut yang kering bisa sampai bermeter-meter di bawah permukaan tanah, api menjalar di situ perlahan-lahan, bertahan berhari berminggu selama masih ada bahan bakarnya (serasah gambut kering), tambah wanita yang juga pernah menggeluti wartawati ini.
Wanita bersuamikan Dimas Novian Hartono beranak Aldebaran Ahmad Pradipta, Abdullah Al Fateeh, Syarif Al Fihri (alm) ini selalu rindu dengan lahan gambut ini, makanya di mana ia tinggal Desa Anjir Serapat Baru KM 8 RT 9 Kec Kapuas Timur Kabupaten Kapuas, Kalteng ini, tetap menggeluti potensi gambut khusunya sawah gambut, walau memiliki kesibukan lain yang tak kalah pentingnya.
Banyak lagi potensi ekonomi lahan gambut, selain sawah, berternak itik, budidaya ikan, tanaman sayuran, hortikultura dan lain sebagainya, demikian akhir percakapan dengan wanita yang penuh optimisme ini.
Taibah Istiqamah pemerhati gambut yang nilai gambut penuh berkah
Kamis, 11 Juni 2020 7:33 WIB