Kepala Desa Teluk Karya, Kecamatan Lampihong Pajrianur di Paringin Minggu mengatakan, dalam situasi pandemi COVID-19 saat ini, selain membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT), pihaknya juga berupakan memberikan keterampilan masyarakat untuk membangkitkan perekonomian warga.
Pelatihan yang diberikan kepada remaja putri tersebut antara lain pembuatan sasirangan pewarna alam, yang diharapkan akan mampu mendorong tumbuhnya perekonomian baru di desa.
Selain itu, kata dia, melalui pelatihan tersebut diharapkan akan mampu memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan terutama di lahan gambut.
Pelatihan yang juga didukung oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) bekerjasama dengan pemerintah desa Teluk Karya tersebut, diikuti oleh perempuan muda dari desa Peduli Gambut Teluk Karya dan Tanah Habang Kanan.
"Karena pelatihan digelar saat wabah COVID-19, maka pelaksanaan pelatihan menggunakan protocol COVID-19," katanya.
Peserta maupun instruktur, harus tetap jaga jarak, wajib memakai masker, menyediakan temapat cuci tangan, tissue, sanitizer, dan pembatasan jumlah peserta hanya 10 orang.
Kelompok milenial
Pada pelatihan tersebut, terlihat sekelompok perempuan dan kelompok Tani Milenial Desa Teluk Karya dengan semangat mengumpulkan kayu-kayuan seperti kayu bangkal, serbuk kayu ulin, kayu tegar, akar pohon mengkudu, daun-daunan seperti daun ketapang.
Selain iut, mereka juga menyiapkan jeruk nipis dari pekarangan dan kebun yang berada di sekitar desa.
Daun Ketapang yang banyak ditemukan dipinggir jalan, selama ini tidak dilirik masyarakat. Pohon ketapang dikenal tanaman cepat tumbuh berfungsi pelindung dan menambah keasrian jalan-jalan desa.

Itulah kehebohan yang dirasakan kelompok perempuan dan dibantu kelompok tani untuk mempersiapkan pelatihan batik Sasirangan pewarna alam.
Kegiatan ini sangat penting untuk menggerakkan masyarakat desa dalam merespon krisis ekonomi akibat dampak COVID-19.
Peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan tehnik pembuatan sasirangan pewarna alam, tapi diharapkan dapat menjadikan pelatihan ini sebagai bekal usaha dan memajukan desa.
Ketua Tim penggerak PKK dan Dekransda Balangan Nurshida Ansharuddin dalam pembukaan pelatihan sasirangan pewarna alam (6-8 Juni 2020) di kantor desa Teluk Karya, Lampihong berharap peserta bersungguh-sungguh mengikuti dan mempelajari tehnik sasirangan pewarna alam, yang mana bahan-bahannya sudah tersedia dilingkungan desa, tanah pekarangan masih luas.
Diharapkan, produk sasirangan yang dihasilkan dari pelatihan tersebut, diharapkan dapat menjadi produk unggulan desa dan Kabupaten.
Pelaksanaan pelatihan sasirangan pewarna alam sebagai salah satu bentuk upaya pemulihan gambut dengan cara melakukan pemanfaatan dan perlindungan ekosisitem gambut.
Dinamisator Program Desa Peduli Gambut Wilayah Kalimantan Selatan Enik Maslahah mengatakan, cara pemulihan gambut tidak hanya mengandalkan pada aspek infrastruktur pembasahan gambut, tetapi bagaimana mengajak masyarakat berpartisipasi menjaga, melindungi, dan mengelolah ekosisitem gambut ini agar tetap lestari.
Melalui pembuatan produk yang ramah lingkungan seperti sasirangan pewarna alam, akan mendorong masyarakat, terutama anak-anak muda untuk belajar memperhatikan alam terutama gambut yang ada di sekitar desanya.
Selain itu, kegiatan tersebut diharapkan mampu mengarahkan anak muda untuk berwirausaha pada produk-produk yang ramah lingkungan.
Dalam pelatihan ini, BRG menggandeng pelatih dari kelompok milenial, KUBe Eco Teratai dari DPG (Desa Peduli Gambut ) tahun 2019 Desa Darussalam, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Linda (24 tahun) ketua KUBe Eco Teratai menceritakan pengalamannya untuk memberikan semangat kepada peserta.
Pada Mei 2019, Linda dan Masfufah mewakili Desa Darussalam mengikuti pelatihan sasirangan pewarna alam yang diadakan oleh BRG.
"Seperti teman-teman di sini, awalnya saya tidak tahu bagaimana membuat sasirangan apalagi pewarna alam, tidak memahami.
Setelah training, ilmu dari pelatihan tersebut ditularkan kepada teman-teman yang lain dan didampingi oleh fasilitaor desa dari BRG, sekaligus kami mempraktekkan dua potong kain.
Kamin tersebut dijual dan akhirnya, keterampilan ini menjadi usaha kelompok, dan usaha ini sedang berkembang.
"Kami mendapatkan banyak pesanan baik dari lokal maupun Jakarta, dari kelompok mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah daerah," katanya.
Dia berharap kepada pemerintah desa untuk memfasilitasi penananam pohon-pohon bahan pewarna alam di desa, untuk kelestarian lingkungan sekaligus untuk ketersediaan bahan baku.