Lebak (ANTARA) - Pendapatan bandar penampung karet di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, merosot sekitar 50 persen dibandingkan hari normal.
"Merosotnya pendapatan itu akibat dampak pandemi corona atau COVID-19 sehingga permintaan pasar cenderung menurun," kata Cenglih (60) seorang bandar penampung karet di Kabupaten Lebak, Rabu.
Menurut dia, dirinya sudah puluhan tahun sebagai bandar penampung karet kali pertama mengalami penurunan pendapatan saat pandemi COVID-19.
Saat ini, usaha dalam kondisi pandemi COVID-19 masih bertahan masuk kategori hebat karena bisa menghidupi petani.
Bahkan, dirinya merasa kesulitan pemodalan akibat karet yang dibeli oleh perusahaan pabrik diutang tanpa dibayar tunai.
Biasanya, pembayaran berjalan lancar namun saat wabah corona mengalami kemacetan keuangan.
"Kami menjual karet itu dalam bentuk lump dan biasanya sebanyak 5 ton, namun kini 2,5 ton/hari dengan harga Rp5.000/kg. Jika menjual sebanyak 2,5 ton dengan harga Rp5.000/kg maka diakumulasikan menghasilkan pendapatan Rp12,5 juta, padahal hari-hari normal Rp25 juta/hari," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan dirinya menampung karet itu dari sejumlah wilayah di Kabupaten Lebak dan Jasinga Kabupaten Bogor.
Selama ini, usaha karet cukup terpukul akibat dampak pandemi COVID-19, sehingga omzet merosot juga keuangan mengalami kemacetan, sebab perusahaan tidak membayar kontan.
Kemungkinan besar jika perusahaan pabrik karet itu mengutang kepada bandar penampung dipastikan terancam gulung tikar.
"Kami berharap pandemi COVID-19 segera berakhir dan kembali ekonomi normal," katanya menjelaskan.
H Sukatma (55), seorang bandar penampung karet di Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak mengatakan selama ini usaha karet sudah tidak bisa dijadikan andalan pendapatan ekonomi lagi karena menurun drastis hingga 50 persen.
Penurunan omzet itu tentu sangat terpukul bagi bandar penampung karet karena kebanyakan perusahaan pabrik mengurang dan tidak membayar kontan.
Sedangkan, bandar penampung karet membeli dari petani langsung dibayar tunai tanpa diutang.
"Kami saat ini hanya bisa menjual karet ke pabrik Rp10 juta dan jika dihitung bersih bisa meraup keuntungan Rp750 ribu/hari. Itu juga pembelian perusahaan pabrik diutang," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan saat ini petani karet tampak tidak bersemangat untuk mengembangkan maupun peremajaan karena harga di pasaran anjlok.
Berdasarkan data jumlah areal perkebunan karet di Kabupaten Lebak mencapai 11.200 hektare dan dapat menyerap tenaga kerja lokal sekitar 250.000 orang.
"Kami mendorong agar petani tetap melakukan peremajaan dengan benih berkualitas,sehingga bersaing harga di pasaran," katanya.
Pendapatan bandar penampung karet di Lebak merosot
Kamis, 14 Mei 2020 1:12 WIB