Program optimalisasi lahan rawa yang tengah digalakkan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas pertanian hingga Mei 2019 ini baru mencapai 30.000 hektare.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy menyebutkan realisasi ini memang masih kecil jika dibandingkan target pemerintah yang ingin mengubah lahan rawa menjadi lahan pertanian seluas 500.000 hektare.
"Sekarang baru mencapai 30.000 hektare, masih kurang banyak. Mengapa masih kurang banyak? karena dimulainya terlambat. Ini efektif baru mulai pertengahan Maret," kata Sarwo Edhy pada konferensi pers yang digelar di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Selasa.
Optimalisasi lahan rawa melalui program yang dinamakan Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) ini memang baru diluncurkan pada Hari Pangan Nasional (HPS) pada Oktober 2018.
Program ini baru efektif dijalankan sekitar pertengahan Maret karena proses sosialisasi dan penempatan calon petani dan calon lokasi (CPCL) yang memakan waktu.
Sarwo Edhy juga menjelaskan bahwa pelaksanaan program Serasi di lapangan terkendala dengan adanya petani yang meminta ganti rugi terkait lahan mereka yang diuruk oleh alsintan dari Kementan.
Oleh karenanya, Kementan meminta pendampingan dari Babinsa TNI untuk melakukan pendekatan ke masyarakat terkait optimalisasi lahan rawa untuk produktivitas tanaman padi ini.
Tahun ini, program Serasi ditargetkan terlaksana di Sumatera Selatan seluas 220.000 ha, Kalimantan Selatan 153.363 ha dan Sulawesi Selatan seluas 33.505 ha.
Lahan rawa ini dinilai menjadi solusi baru pertanian karena bisa menghasilkan tanaman pangan, terutama beras pada musim paceklik. Sebelumnya, pengembangan lahan rawa telah dilaksanakan di Kalimantan Selatan seluas 4.000 ha.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy menyebutkan realisasi ini memang masih kecil jika dibandingkan target pemerintah yang ingin mengubah lahan rawa menjadi lahan pertanian seluas 500.000 hektare.
"Sekarang baru mencapai 30.000 hektare, masih kurang banyak. Mengapa masih kurang banyak? karena dimulainya terlambat. Ini efektif baru mulai pertengahan Maret," kata Sarwo Edhy pada konferensi pers yang digelar di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Selasa.
Optimalisasi lahan rawa melalui program yang dinamakan Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) ini memang baru diluncurkan pada Hari Pangan Nasional (HPS) pada Oktober 2018.
Program ini baru efektif dijalankan sekitar pertengahan Maret karena proses sosialisasi dan penempatan calon petani dan calon lokasi (CPCL) yang memakan waktu.
Sarwo Edhy juga menjelaskan bahwa pelaksanaan program Serasi di lapangan terkendala dengan adanya petani yang meminta ganti rugi terkait lahan mereka yang diuruk oleh alsintan dari Kementan.
Oleh karenanya, Kementan meminta pendampingan dari Babinsa TNI untuk melakukan pendekatan ke masyarakat terkait optimalisasi lahan rawa untuk produktivitas tanaman padi ini.
Tahun ini, program Serasi ditargetkan terlaksana di Sumatera Selatan seluas 220.000 ha, Kalimantan Selatan 153.363 ha dan Sulawesi Selatan seluas 33.505 ha.
Lahan rawa ini dinilai menjadi solusi baru pertanian karena bisa menghasilkan tanaman pangan, terutama beras pada musim paceklik. Sebelumnya, pengembangan lahan rawa telah dilaksanakan di Kalimantan Selatan seluas 4.000 ha.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019