Sebagian masyarakat di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, terpaksa menadah air hujan untuk keperluan sehari-hari, karena sumur mereka kering saat kemarau berbulan-bulan.


Pantauan ANTARA Rabu, turun hujan pertama, masyarakat rame-rame mengeluarkan ember plastik, bak, dan wadah-wadah yang bisa menyimpan air di depan rumah untuk menadah air hujan.

Meski air hujan yang turun warnaynya tidak jernih, namun masyarakat tetap saja menggunakan air hujan yang kekuning-kuningan dan terasa sedikit asam itu untuk mencuci dan keperluan yang lainnya.

Air hujan menurut sejumlah warga, Kelumpang Selatan, jauh lebih baik daripada air kolam atau air parit di perkebunan kelapa sawit.

Selama kemarau, dimana sumur-sumur gali kering, masyarakat di sekitar perkebunan kelapa sawit mulai memanfaatkan air kolam dan parit di kebun kelapa sawit.

Air yang beraoma lumpur dan daun serta ranting busuk tersebut tetap saja digunakan warga untuk mandi, mencuci bahkan sebagian untuk memasak.

Bukan hanya beramoma tidak sedap, terkadang air kolam juga warnya kekuning-kuningan, dan terasa licin manakala disiramkan ke tubuh.

Namun setelah turun hujan, sebagian warga mulai memanfaatkan air hujan tersebuit, meski kualitas airnya tidak lebih baik dari air kolam.

Seorang ibu rumah tangga Sholikhah, mengaku, biasa setiap musim kemarau, keluarganya menggunakan air kolam untuk keperluan sehari-hari.

"Terkadang baju putih berubah warnya jadi sedikit kuning setelah dicuci dengan air kolam," ujarnya.

  Hal itu bagi masyarakat dianggap biasa, bahkan saking biasanya, kata ibu dari empat orang anak tersebut, warga tidak lagi mencium aroma lumpur dan daun serta ranting busuk./D.
(T.I022/B/H005/H005) 10-10-2012 08:10:51

Pewarta:

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012