New York (AntaraNews Kalsel) - Bursa saham Wall Street berakhir sedikit lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB) dengan memulai tahun baru dengan hari perdagangan yang fluktuatif, karena kenaikan saham-saham teknologi dan energi mengurangi kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global.


Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 18,78 poin atau 0,08 persen lebih tinggi, menjadi 23.346,24 poin. Indeks S&P 500 naik 3,18 poin atau 0,13 persen menjadi berakhir di 2.510,03 poin. Indeks Komposit Nasdaq menguat 30,66 poin atau 0,46 persen, menjadi ditutup di 6.665,94 poin.

Empat saham FAANG (Facebook, Amazon, Apple, Netflix dan Google/Alphabet) atau lima saham teknologi paling populer dan berkinerja terbaik di pasar, meningkat mengurangi kerugian tajam saham-saham teknologi Nasdaq dari sesi sebelumnya di 2018.

Saham Facebook naik sekitar 3,5 persen, memimpin para pencetak keuntungan. Saham Amazon dan Apple juga meningkat masing-masing 2,5 persen dan 0,11 persen.

Sementara saham Netflix menyusut lebih dari satu persen, setelah analis mengatakan penyedia layanan media itu melihat penurunan pertumbuhan pelanggan pada kuartal keempat 2018, menurut media lokal.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 menguat pada Rabu (2/1), dengan sektor energi melonjak 8,78 persen, memimpin para pemenang. Harga minyak mentah AS berjangka juga menguat 2,5 persen ke tertinggi dua minggu di 46,5 dolar AS pada Rabu (2/1), sebuah bukti untuk memanaskan sentimen investor.

Presiden AS Donald Trump berusaha untuk menenangkan pasar saham AS yang tertekan pada Rabu (2/1), mengatakan "kesalahan" terjadi sehubungan dengan aksi jual brutal Desember, di mana Dow dan S&P 500 membukukan kinerja Desember terburuk mereka sejak 1931, serta Nasdaq terjun ke tepi pasar bearish.

"Kami memiliki sedikit kesalahan di pasar saham bulan lalu," katanya kepada wartawan pada pertemuan kabinet, seperti yang dikutip dari Xinhua. "Dan itu akan naik begitu kita menyelesaikan masalah perdagangan, dan begitu pula beberapa hal lainnya terjadi."

Trump juga menyerukan agar Federal Reserve AS untuk mengambil tindakan, memicu spekulasi pasar bahwa bank sentral kemungkinan akan mengakhiri pengetatan moneternya pada 2019.

"Kami membutuhkan sedikit bantuan dari The Fed ... tetapi kami akan menjadi baik. Kesepakatan perdagangan akan dimulai," tambahnya.

Namun, kekhawatiran masih berlarut-larut tentang prospek pertumbuhan ekonomi AS setelah penurunan tahunan terbesar dari ketiga indeks utama pada 2018.

Di sisi ekonomi, sebuah survei menunjukkan pertumbuhan manufaktur AS mencapai level terendah 15-bulan di tengah kenaikan lebih lemah dalam bisnis baru dan ekspansi gabungan terlemah dalam produksi sejak September 2017, menurut siaran pers penyedia informasi global yang berbasis di London, IHS Markit.

Indeks Pembelian Manajer (PMI) akhir Manufaktur AS dari IHS Markit yang disesuaikan secara musiman, tercatat 53,8 pada Desember, turun dari 55,3 pada November, katanya, yang kemungkinan akan memperlemah kepercayaan investor pada pertumbuhan AS di akhir tahun ini.

Baca juga: Darmin: Jaga integritas pasar modal

Baca juga: IHSG menguat, Darmin: Pasar Modal Indonesia miliki ketahanan

 

Editor: Risbiani Fardaniah

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019