Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) berkomitmen dan terus berupaya menjamin ketersediaan energi terbarukan melalui perkebunan kelapa sawit.

"Komitmen itu dilakukan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan energi biodisel B50 dengan harga terjangkau dengan mengedepankan lingkungan hidup," kata Ketua Working Group B50 Andi Nur Alamsyah saat soft launching biodisel B50 di pabrik biodiesel PT Jhonlin Agro Raya Batulicin Ahad.

Alam mengatakan, ketahanan energi merupakan salah satu faktor penting ketahanan nasional. Selain itu, bagaimana ketahanan energi nasional melalui B50 ini juga dapat mengurangi emisi karbon dan menekan defisit neraca perdagangan serta meningkatkan kesejahteraan petani.

Menurutnya, tantangan pengembangan biodisel B50 ke depan bukan hanya pada pemenuhan bahan baku dari CPO tetapi di aspek hilir juga dibutuhkan upaya-upaya khusus dalam hal peningkatan kapasitas terpasang pabrik termasuk peningkatan efisiensi produksi pabrik hingga 90 persen.

Disamping itu perlu adanya inovasi dan teknologi dalam menyesuaikan spesifikasi B50, penyesuaian insentif biodisel dan introduksi teknologi baru, juga strategi komunikasi dan aspek-aspek legalitas yang oleh pihaknya sedang upayakan dan perkuat.

"Kami juga sedang melakukan penyesuaian infrastruktur dan sarana prasarananya untuk program B50 ke depan," imbuhnya.

Oleh karena itu, semangat kolaboratif dari semua pemangku kepentingan menjadi kunci pengembangan implementasi B50 yang  melibatkan kementerian/lembaga teknis baik di pusat maupun di daerah.

"Makna yang penting untuk ditekankan terutama bagaimana mendorong pendekatan kebersamaan multi stake holder juga kalangan perusahaan dan industri biodisel, melalui pendekatan kemitraan di dunia usaha dengan asas saling menguntungkan dan bersama-sama meraih visi misi pembangunan perkebunan yang berkelanjutan, utamanya untuk ketahanan energi nasional," ujarnya.

Di tempat yang sama, Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa saat ini kekuatan pangan dan biodisel ada di Indonesia.

Dirinya mengingatkan agar potensi ini dikelola dengan baik. Pasalnya, Indonesia menguasai 58 persen CPO di dunia.

Dengan begitu B50 akan memberikan dampak ekonomi, dampak politik, dan seluruhnya, sebagai contoh negara di benua Eropa, membutuhkan 2,6 juta KL per tahun.

"Jadi sudah jelas target kita adalah bersiap untuk implementasi penggunaan biodisel B50. Melalui kegiatan soft launching ini akan menjadi catatan sejarah tersendiri sebagai pelopor implementasi B50 di tanah air," tegas Amran.

Pewarta: Sujud Mariono

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024