Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah 0,18 persen atau 28 poin menjadi Rp15.728 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.700 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah pada Jumat, berpotensi melemah terhadap dolar AS setelah data indeks konsumen AS bulan September 2023 menunjukkan inflasi yang belum turun.
Dia memperkirakan potensi pelemahan rupiah ke arah Rp15.730 per dolar AS dengan potensi support sekitar Rp15.650 per dolar AS.
“Data menunjukkan kenaikan inflasi 3,7 persen sama seperti bulan sebelumnya,” kata Ariston ketika dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.
Selain itu, data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang dirilis semalam turut menunjukkan kondisi ketenagakerjaan yang masih solid. Angka klaim masih berkisar 209 ribu seperti pekan lalu.
Data lain yang mempengaruhi rupiah terhadap dolar AS ialah data inflasi China yang baru saja dirilis pagi ini. Tercatat, angka Producer Price Index (PPI) year on year (yoy) -2,5 persen dengan ekspektasi -2,4 persen, lalu Consumer Price Index (CPI) yoy 0,0 persen dengan ekspektasi 0,2 persen, serta CPI month to month sebesar 0,2 persen dengan ekspektasi 0,3 persen.
“Data menunjukkan inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya yang bisa diartikan ada penurunan aktivitas ekonomi di China. Ini mungkin juga memberikan tekanan untuk rupiah, di mana China adalah partner dagang besar untuk Indonesia,” ungkapnya.
Baca juga: Rupiah 15.725 per dolar AS
Baca juga: Rupiah menguat tipis pada Kamis pagi
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023