Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalimantan Selatan melaksanakan Kajian Ramadhan, di sebuah Cafe di Marabahan, Rabu (19/4).
Ketua KNPI Batola Hery Sasmita mengatakan, beberapa hal berkaitan dengan tantangan pemuda dalam menghadapi era society 5.0 dimana kehidupan manusia sudah ketergantungan seluruhnya dengan teknologi utamanya gawai masing-masing.
"Society 5.0 adalah masyarakat super pintar yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik", terangnya.
Untuk itu, sebut dia maka diperlukannya pemahaman society 5.0 berbasis spiritualitas dan kebudayaan sebagai bekal bagi proses pengembangan generasi milenial siap akan problematika dan tantangan.
Di era serba instan ini, terang Kepala Dinas Kominfo Batola, sering tampak berbagai persoalan seperti, maraknya praktik politisasi agama, penyalahgunaan dakwah, eksploitasi umat, hingga banyaknya hate speech, hoax dan fitnah kini membanjiri wajah keberagaman bangsa.
Menghadapi era seperti ini, menurut dia, sudah saatnya generasi milenial turut andil dalam menyebarkan konten positif.
Setiap bangsa sangat mengharapkan, terang dia, dapat menghadirkan generasi milenial yang berkualitas dan berkeseimbangan, baik secara aspek agama (aqidah, syariah dan akhlak), aspek pendidikan dan keterampilan, aspek keberadaban (budaya, nilai dan teknologi), aspek kesejahteraan (ekonomi dan nonekonomi) serta aspek sosial (kemasyarakatan dan kebangsaan).
"Generasi milenial yang berkualitas sesungguhnya harus disiapkan melalui beberapa tahap yakni penanaman unsur aqidah, syariah dan akhlak secara kuat dan maksimal, sehingga melahirkan generasi milenial yang cerdas, sabar dan shalih, " tegasnya.
Memberikan bekal ilmu, sains dan keterampilan berbasis teknologi, sambung dia, sehingga melahirkan generasi yang profersional dan inovatif.
"Menyiapkan lingkungan, tradisi dan budaya hidup, mampu mendorong lahirnya generasi berkarakter, berintegritas dan istiqamah." tandasnya.
Menyikapi kondisi seperti ini, dia juga mengatakan, dibutuhkan generasi milenial yang dibalut dengan bingkai nilai-nilai rahmatan lil alamin.
"Rahmatan lil alamin adalah memahami al-Qur’an dan Hadis untuk kebaikan semua manusia, alam dan lingkungan. Seperti yang tertera pada Al Qur’an Surat Al Anbiya Ayat 107 “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” tamahnya lagi.
Lebih lanjut dia mengemukakan, Rahmatan lil alamin merupakan ciri keagungan Islam, penjabaran secara kongkrit diantaranya, orang lain ikut menikmatinya, merasakan faedahnya, terangkat martabatnya, siapapun membutuhkannya dan semua orang terbantu olehnya.
Pelaksanaan Islam rahmatan lil alamin, sambung dia, membutuhkan sebuah sikap yang bijaksana dalam mengelolanya, yaitu: sikap yang profesional, tidak mudah terpancing, tidak emosional, tetapi tetap sabar sambil memberikan pemahaman yang lengkap tentang Islam.
"Pelaksanaan Islam rahmatan lil alamin membutuhkan rasionalitas, penguasaan diri, mencari jalan keluar, pemaaf, kasih sayang, berbaik sangka, tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), adil, demokratis," tegasnya lagi.
Seorang muslim yang baik dan yang kaffah, tambah dia, adalah yang mampu membumikan nilai-nilai Al-Quran. Nilai-nilai Al Quran yang dipahami benar-benar sesuai dengan kontekstualitas, bukan nilai-nilai yang kaku dan menakutkan. Nilai-nilai yang membuat perilaku muslim disebut sebagai pribadi yang berakhlakul karimah.
Ajaran-ajaran yang ada dalam Al Quran, tuturnya, adalah pedoman alam semesta. Jika diamalkan maka akan membentuk karakter yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
"Memiliki Soft Skill yang mumpuni dibarengi dengan karakter-karakter itulah yang disebut perilaku moderat. Karakter seperti ini lah yang harus dimiliki generasi milenial menyongsong era society 5.0", pungkasnya.
Kegiatan rutin tahunan KNPI Batola tersebut sekaligus buka puasa bersama yang diisi dengan tausiyah Ustadz Muhammad Zabir itu dihadiri oleh seluruh pengurus kabupaten dan kecamatan se Kabupaten Batola.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Ketua KNPI Batola Hery Sasmita mengatakan, beberapa hal berkaitan dengan tantangan pemuda dalam menghadapi era society 5.0 dimana kehidupan manusia sudah ketergantungan seluruhnya dengan teknologi utamanya gawai masing-masing.
"Society 5.0 adalah masyarakat super pintar yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik", terangnya.
Untuk itu, sebut dia maka diperlukannya pemahaman society 5.0 berbasis spiritualitas dan kebudayaan sebagai bekal bagi proses pengembangan generasi milenial siap akan problematika dan tantangan.
Di era serba instan ini, terang Kepala Dinas Kominfo Batola, sering tampak berbagai persoalan seperti, maraknya praktik politisasi agama, penyalahgunaan dakwah, eksploitasi umat, hingga banyaknya hate speech, hoax dan fitnah kini membanjiri wajah keberagaman bangsa.
Menghadapi era seperti ini, menurut dia, sudah saatnya generasi milenial turut andil dalam menyebarkan konten positif.
Setiap bangsa sangat mengharapkan, terang dia, dapat menghadirkan generasi milenial yang berkualitas dan berkeseimbangan, baik secara aspek agama (aqidah, syariah dan akhlak), aspek pendidikan dan keterampilan, aspek keberadaban (budaya, nilai dan teknologi), aspek kesejahteraan (ekonomi dan nonekonomi) serta aspek sosial (kemasyarakatan dan kebangsaan).
"Generasi milenial yang berkualitas sesungguhnya harus disiapkan melalui beberapa tahap yakni penanaman unsur aqidah, syariah dan akhlak secara kuat dan maksimal, sehingga melahirkan generasi milenial yang cerdas, sabar dan shalih, " tegasnya.
Memberikan bekal ilmu, sains dan keterampilan berbasis teknologi, sambung dia, sehingga melahirkan generasi yang profersional dan inovatif.
"Menyiapkan lingkungan, tradisi dan budaya hidup, mampu mendorong lahirnya generasi berkarakter, berintegritas dan istiqamah." tandasnya.
Menyikapi kondisi seperti ini, dia juga mengatakan, dibutuhkan generasi milenial yang dibalut dengan bingkai nilai-nilai rahmatan lil alamin.
"Rahmatan lil alamin adalah memahami al-Qur’an dan Hadis untuk kebaikan semua manusia, alam dan lingkungan. Seperti yang tertera pada Al Qur’an Surat Al Anbiya Ayat 107 “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” tamahnya lagi.
Lebih lanjut dia mengemukakan, Rahmatan lil alamin merupakan ciri keagungan Islam, penjabaran secara kongkrit diantaranya, orang lain ikut menikmatinya, merasakan faedahnya, terangkat martabatnya, siapapun membutuhkannya dan semua orang terbantu olehnya.
Pelaksanaan Islam rahmatan lil alamin, sambung dia, membutuhkan sebuah sikap yang bijaksana dalam mengelolanya, yaitu: sikap yang profesional, tidak mudah terpancing, tidak emosional, tetapi tetap sabar sambil memberikan pemahaman yang lengkap tentang Islam.
"Pelaksanaan Islam rahmatan lil alamin membutuhkan rasionalitas, penguasaan diri, mencari jalan keluar, pemaaf, kasih sayang, berbaik sangka, tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), adil, demokratis," tegasnya lagi.
Seorang muslim yang baik dan yang kaffah, tambah dia, adalah yang mampu membumikan nilai-nilai Al-Quran. Nilai-nilai Al Quran yang dipahami benar-benar sesuai dengan kontekstualitas, bukan nilai-nilai yang kaku dan menakutkan. Nilai-nilai yang membuat perilaku muslim disebut sebagai pribadi yang berakhlakul karimah.
Ajaran-ajaran yang ada dalam Al Quran, tuturnya, adalah pedoman alam semesta. Jika diamalkan maka akan membentuk karakter yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
"Memiliki Soft Skill yang mumpuni dibarengi dengan karakter-karakter itulah yang disebut perilaku moderat. Karakter seperti ini lah yang harus dimiliki generasi milenial menyongsong era society 5.0", pungkasnya.
Kegiatan rutin tahunan KNPI Batola tersebut sekaligus buka puasa bersama yang diisi dengan tausiyah Ustadz Muhammad Zabir itu dihadiri oleh seluruh pengurus kabupaten dan kecamatan se Kabupaten Batola.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023