Forum Health Working Group kedua mendorong negara G20 untuk bersama-sama membangun sistem kesehatan global yang kuat dan tangguh.

"Melalui HWG Kedua, Indonesia mengajak negara anggota G20 untuk bersama-sama berkomitmen mencapai sistem kesehatan yang lebih permanen dan suplai kesehatan esensial yang lebih baik," kata juru bicara G20 bidang kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, dalam siaran pers yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis.

Acara Health Working Group yang diadakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 6-7 Juni menghasilkan satu tindakan kolektif global untuk meningkatkan investasi dan dukungan berbagai pihak untuk memperkuat kapasitas negara berkembang untuk melakukan pencegahan, kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi di masa depan.



Sistem kesehatan global yang kuat, tangguh, berkelanjutan dan merata antarnegara membutuhkan koordinasi dan kolaborasi yang baik dari negara anggota G20, menurut Nadia.

Health Working Group merupakan bagian dari Presidensi G20 Indonesia yang membahas penguatan arsitektur kesehatan global. Pada forum ini, terhadap tiga isu prioritas yaitu mobilisasi sumber daya keuangan untuk melakukan pencegahan, kesiapsiagaan dan respon pandemi (PPR) di masa depan.

Mobilisasi sumber daya kesehatan seperti alat kesehatan esensial dan alat diagnostik untuk pencegahan adalah penting.

Juru bicara pemerintah untuk Presidensi G20, Maudy Ayunda, dalam siaran pers yang sama mengatakan terwujudnya satu tindakan konkrit yang dilakukan secara kolektif global dalam melakukan pencegahan, kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi di masa depan merupakan hal yang sangat penting untuk masyarakat, khususnya generasi muda Indonesia.

"Kita sebagai generasi muda wajib mempersiapkan diri untuk meneruskan reformasi arsitektur kesehatan global yang lebih baik untuk generasi berikutnya. Usaha meningkatkan arsitektur kesehatan global ini bukanlah upaya yang dapat berhenti di satu titik. Ini adalah upaya yang harus terus dilakukan secara berkesinambungan dan bersama-sama," kata Maudy.

Generasi muda, kata Maudy, perlu memperhatikan, mempelajari dan melibatkan diri dalam hal yang berhubungan dengan arsitektur kesehatan global dunia karena upaya ini penting bagi masa depan, baik Indonesia maupun dunia.

Berita sebelumnya,  Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) pada Senin (18/1/2021) mengatakan pemberi pinjaman global itu membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk membantu negara-negara yang berutang besar, mengutip prospek ekonomi global yang sangat tidak pasti dan meningkatnya perbedaan antara negara-negara kaya dan miskin.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, yang telah lama menganjurkan alokasi baru mata uang IMF sendiri, Special Drawing Rights (SDRs), mengatakan pihaknya sekarang akan memberi lebih banyak dana untuk digunakan mengatasi krisis kesehatan dan ekonomi, dan mempercepat perpindahan ke ekonomi digital dan hijau.

Di bawah Presiden Donald Trump yang akan segera berakhir masa jabatannya, Amerika Serikat, pemegang saham terbesar IMF, telah memblokir alokasi SDR baru tersebut, sebuah langkah yang mirip dengan bank sentral yang mencetak uang, karena akan memberikan lebih banyak sumber daya ke negara-negara kaya ketika alokasi akan proporsional dengan kepemilikan saham mereka.

Baca juga: IMF: Lebih dari 100 negara minta pembiayaan COVID-19

Menteri Keuangan Swedia Magdalena Andersson, ketua baru komite pengarah IMF yang berbicara pada konferensi pers daring bersama Georgieva, mengatakan jelas bahwa kebutuhan likuiditas tetap besar, dan dia akan berkonsultasi dengan negara-negara anggota mengenai opsi untuk memperluas likuiditas.

Andersson, orang Eropa pertama yang mengepalai Komite Moneter dan Keuangan Internasional dalam lebih dari 12 tahun dan wanita pertama, memulai masa jabatan tiga tahunnya di sini dalam perannya pada Senin (18/1/2021).

Georgieva mengatakan IMF dengan cepat meningkatkan pembiayaan lunak ke ekonomi-ekonomi emerging market dan berkembang, termasuk melalui sumbangan dari negara-negara anggota sekitar 20 miliar dolar AS dalam SDR yang ada. Itu akan terus memainkan peran penting, tetapi diperlukan langkah-langkah lebih lanjut, katanya.

Baca juga: IMF peringatkan resesi lebih buruk dari krisis global 2008

“Ini akan terus menjadi sangat penting, bahkan lebih penting, bagi kami untuk dapat memperluas kapasitas kami untuk mendukung negara-negara yang tertinggal,” kata Georgieva.

Dia mengatakan alokasi SDR baru tidak pernah dihapus dari meja oleh anggota IMF, katanya, menambahkan bahwa beberapa anggota terus membahasnya sebagai langkah yang mungkin dilakukan. Kemungkinan penjualan emas dari cadangan IMF akan memiliki "beberapa potensi kerugian" untuk IMF, tetapi terserah anggota, katanya.

Dia mengatakan dia mengharapkan Kelompok 20 negara ekonomi utama untuk memperpanjang moratorium saat ini dalam pembayaran pelunasan utang resmi negara-negara termiskin, yang sekarang dijadwalkan berakhir pada Juni, tetapi banyak yang akan bergantung pada kecepatan vaksinasi dalam beberapa bulan mendatang.

Pewarta: Natisha Andarningtyas

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022