Martapura, (Antaranews Kalsel) - Presiden Joko Widodo meminta bibit pohon yang ditanam dalam rangka penghijauan maupun sebagai upaya pengembalian kebakaran lahan dan hutan harus realistis jumlahnya.

"Jumlahnya harus realistis. Jangan global saja menyebut sudah menanam satu juta atau satu miliar pohon," ujar presiden di Taman Hutan Raya Sultan Adam, Kalimantan Selatan, Kamis.

Hal itu ditekankan presiden usai menanam bibit pohon pada Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional di Tahura Sultan Adam, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Bibit pohon beragam jenis ditanam sebanyak 10.000 buah pada lahan seluas 10 hektare di Tahura yang terletak di Desa Mandi Angin Timur Kecamatan Karang Intan, Banjar itu.

Menurut presiden, jumlah bibit pohon seperti 10.000 atau 2.000 masih realistis dan mudah menghitung tetapi jika jumlahnya mencapai jutaan hingga miliaran, tidak mungkin.

"Masa jumlah bibit pohon yang ditanam sudah mencapai 3 juta atau hampir satu miliar, tidak mungkin itu dan laporan seperti itu pasti saya tertawakan," ucap presiden.

Ditekankan, dirinya lebih bisa menerima juga disebutkan jumlah pohon yang ditanam relatif lebih sedikit dan titik penanaman menyebar sehingga banyak tumbuhnya.

"Seperti penanaman di kawasan Tahuran Sultan Adam sebanyak 2.000 atau 10.000 bibit pohon. Saya bisa menerima karena jumlahnya masih masuk logika," ujarnya.

Dia mengatakan, program penanaman pohon harus dilanjutkan dengan cara pemeliharaan sehingga bibit pohon yang sudah ditanam tidak mati akibat kekurangan air.

"Saya sudah instruksikan jajaran Kodam VI/Mulawarman dan Polda Kalsel agar menurunkan personelnya melakukan penyiraman jika bibit pohon yang ditanam kering," kata dia.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, penanaman 10.000 bibit pohon di kawasan Tahura untuk mengembalikan pepohonan yang terbakar.

"Penanaman bibit pohon bertujuan mengembalikan pepohonan yang mati akibat kebakaran hutan dan lahan termasuk di areal Tahura Sultan Adam ini," katanya.

Pewarta: Yose Rizal

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015