Sejumlah petani yang tergabung di Unit Pembenihan Ikan Desa Kambitin Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong mengusulkan renovasi cekdam yang kini kondisinya belum optimal.
Pasalnya saat curah hujan tinggi cek dam tak lagi mampu mengendalikan luapan air sungai di sekitar kolam sehingga banjir kerap merendam puluhan kolam ikan milik petani termasuk area pembenihan milik Balai Benih Ikan Kambitin.
"Sejak 2019 kita sudah mengusulkan pelebaran dan menambah kedalaman cekdam agar dapat mencegah banjir," ungkap satu petani Desa Kambitin, Zani.
Namun usulan yang disampaikan dalam Musrenbang hingga kini belum terelisasi . Kondisi ini pun berdampak pada menurunnya produksi ikan milik petani UPR maupun produksi benih di BBI Kambitin.
Kepala UPT Balai Benih Ikan Agustian Rijani menyampaikan tahun lalu produksi benih ikan air tawar hanya 37,91 persen atau 322.248 ekor dari target 850.000 ekor bibit.
"Usulan renovasi cekdam sudah kita sampaikan ke Dinas PUPR dan berharap bisa segera terealisasi," jelas Agus.
Di BBI Kambitin sendiri ada sekitar 70 kolam pembenihan maupun pembesaran ikan air tawar seperti ikan gabus,, belut, tauman dan bakut.
Saat banjir sektar 12 kolam ikan milik BBI Kambitin sekitar cekdam turut terendam. Sudah seharusnya Balai benih ikan yang beroperasi sejak 1997 ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan produksi benihnya.
Tak hanya terkendala persoalan cekdam, bagian atap laboratorium pemijahan ikan juga banyak yang bocor sehingga mempengaruhi kestabilan suhu ruangan untuk proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina.
"Karena atap laboratorium bocor suhu ruangan tidak stabil sehingga mengganggu produksi larva dan benih ikan,' jelas Agus.
Terpisah Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Elzan Fiqri mengatakan perlunya peningkatan sarana dan prasarana di BBI Kambitin agar bisa berjaya kembali seperti 2016.
"Sekarang pasokan air dari sungai sekitar BBI juga terbatas karena terbagi dengan kolam milik UPR," jelas Elzan.
BBI pun harus memanfaatkan kolam dalam yang menampung air hujan untuk kebutuhan di balai benih ikan namun belum optimal mengingat banyaknya kolam untuk pembenihan maupun pembesaran ikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Pasalnya saat curah hujan tinggi cek dam tak lagi mampu mengendalikan luapan air sungai di sekitar kolam sehingga banjir kerap merendam puluhan kolam ikan milik petani termasuk area pembenihan milik Balai Benih Ikan Kambitin.
"Sejak 2019 kita sudah mengusulkan pelebaran dan menambah kedalaman cekdam agar dapat mencegah banjir," ungkap satu petani Desa Kambitin, Zani.
Namun usulan yang disampaikan dalam Musrenbang hingga kini belum terelisasi . Kondisi ini pun berdampak pada menurunnya produksi ikan milik petani UPR maupun produksi benih di BBI Kambitin.
Kepala UPT Balai Benih Ikan Agustian Rijani menyampaikan tahun lalu produksi benih ikan air tawar hanya 37,91 persen atau 322.248 ekor dari target 850.000 ekor bibit.
"Usulan renovasi cekdam sudah kita sampaikan ke Dinas PUPR dan berharap bisa segera terealisasi," jelas Agus.
Di BBI Kambitin sendiri ada sekitar 70 kolam pembenihan maupun pembesaran ikan air tawar seperti ikan gabus,, belut, tauman dan bakut.
Saat banjir sektar 12 kolam ikan milik BBI Kambitin sekitar cekdam turut terendam. Sudah seharusnya Balai benih ikan yang beroperasi sejak 1997 ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan produksi benihnya.
Tak hanya terkendala persoalan cekdam, bagian atap laboratorium pemijahan ikan juga banyak yang bocor sehingga mempengaruhi kestabilan suhu ruangan untuk proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina.
"Karena atap laboratorium bocor suhu ruangan tidak stabil sehingga mengganggu produksi larva dan benih ikan,' jelas Agus.
Terpisah Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Elzan Fiqri mengatakan perlunya peningkatan sarana dan prasarana di BBI Kambitin agar bisa berjaya kembali seperti 2016.
"Sekarang pasokan air dari sungai sekitar BBI juga terbatas karena terbagi dengan kolam milik UPR," jelas Elzan.
BBI pun harus memanfaatkan kolam dalam yang menampung air hujan untuk kebutuhan di balai benih ikan namun belum optimal mengingat banyaknya kolam untuk pembenihan maupun pembesaran ikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022