Emas datar di perdagangan Asia pada Jumat pagi dan menuju penurunan mingguan paling tajam sejak November, karena pasar mencerna rencana pengetatan kebijakan Federal Reserve (Fed) AS yang mendorong indeks dolar ke level tertinggi dalam beberapa bulan.
Harga emas di pasar spot tidak berubah diperdagangkan di 1.796,41 dolar AS per ounce pada pukul 01.09 GMT, sementara emas berjangka AS sedikit menguat 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.796,00 dolar AS per ounce.
Logam kuning ini telah merosot sekitar 2,0 persen untuk minggu ini, penurunan terburuk sejak 26 November.
Indeks dolar melonjak ke level tertinggi yang terakhir terlihat pada Juli 2020 terhadap mata uang utama lainnya, setelah The Fed mengatakan pada Rabu (26/1/2022) bahwa pihaknya dapat memberikan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan lebih besar dalam beberapa bulan mendatang.
Pertumbuhan ekonomi AS meningkat pada kuartal keempat dengan mencatat kinerja terbaiknya dalam hampir empat dekade pada tahun 2021, Departemen Perdagangan melaporkan pada Kamis (27/1/2022).
Para pedagang di pasar berjangka dana federal bergeser memperkirakan hampir lima kenaikan suku bunga tahun ini setelah pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu (26/1/2022), dimulai dengan pertemuan Maret. Kontrak berjangka telah memperkirakan sekitar 30 basis poin pengetatan.
Kenaikan suku bunga meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak membayar bunga.
Harga emas akan melayang lebih rendah pada tahun 2022 dan 2023, karena bank-bank sentral menaikkan suku bunga, mengangkat imbal hasil obligasi dan membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil kurang menarik, jajak pendapat Reuters menunjukkan.
Sementara itu ekspor emas Swiss naik tahun lalu ke level tertinggi sejak 2018, karena permintaan emas di China dan India, pasar konsumen terbesar, pulih dari kejatuhan di awal pandemi COVID-19, data bea cukai Swiss menunjukkan.
Harga logam mulia lainnya di pasar spot, perak turun 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 22,69 dolar AS per ounce. Platinum naik 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.023,49 dolar AS per ounce dan paladium tetap tidak berubah di 2.375,18 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Harga emas di pasar spot tidak berubah diperdagangkan di 1.796,41 dolar AS per ounce pada pukul 01.09 GMT, sementara emas berjangka AS sedikit menguat 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.796,00 dolar AS per ounce.
Logam kuning ini telah merosot sekitar 2,0 persen untuk minggu ini, penurunan terburuk sejak 26 November.
Indeks dolar melonjak ke level tertinggi yang terakhir terlihat pada Juli 2020 terhadap mata uang utama lainnya, setelah The Fed mengatakan pada Rabu (26/1/2022) bahwa pihaknya dapat memberikan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan lebih besar dalam beberapa bulan mendatang.
Pertumbuhan ekonomi AS meningkat pada kuartal keempat dengan mencatat kinerja terbaiknya dalam hampir empat dekade pada tahun 2021, Departemen Perdagangan melaporkan pada Kamis (27/1/2022).
Para pedagang di pasar berjangka dana federal bergeser memperkirakan hampir lima kenaikan suku bunga tahun ini setelah pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu (26/1/2022), dimulai dengan pertemuan Maret. Kontrak berjangka telah memperkirakan sekitar 30 basis poin pengetatan.
Kenaikan suku bunga meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak membayar bunga.
Harga emas akan melayang lebih rendah pada tahun 2022 dan 2023, karena bank-bank sentral menaikkan suku bunga, mengangkat imbal hasil obligasi dan membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil kurang menarik, jajak pendapat Reuters menunjukkan.
Sementara itu ekspor emas Swiss naik tahun lalu ke level tertinggi sejak 2018, karena permintaan emas di China dan India, pasar konsumen terbesar, pulih dari kejatuhan di awal pandemi COVID-19, data bea cukai Swiss menunjukkan.
Harga logam mulia lainnya di pasar spot, perak turun 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 22,69 dolar AS per ounce. Platinum naik 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.023,49 dolar AS per ounce dan paladium tetap tidak berubah di 2.375,18 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022