Jakarta (Antaranews Kalsel) - Indonesia perlu belajar cara mengawasi mainan anak kepada Tiongkok alias China, demikian disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) Widjanarko.

"Indonesia saat ini masih kurang pengawasan terhadap impor mainan anak. Padahal, kalau dibuat seperti di Tiongkok, pengawasannya sangat signifikan, karena melibatkan semua pihak," kata Widjanarko di Jakarta, Kamis.

Widjanarko menjelaskan, semua pihak, mulai dari masyarakat, parlemen dan pemerintah ikut melakukan pengawasan dengan melaporkan berbagai produk yang dirasa memiliki kejanggalan.

Kemudian, dari pengaduan kejanggalan produk tersebut, konsumen yang melaporkan berhak mendapat dua produk yang benar secara gratis.

"DI Tiongkok, kalau ada produk kadaluarsa, atau tidak memiliki instruksi bahasa nasional mereka, kemudian dilaporkan, maka ia berhak mendapat dua produk yang benar. Jadi, semua berlomba-lomba mencari produk yang salah tersebut," kata Widjanarko.

Sehingga, tambahnya, fungsi pengawasan bisa berjalan dengan sempurna dan gratis, yang akan berdampak pada perlindungan kualitas dan anak-anak di negara tersebut.

Widjanarko berharap, mekanisme pengawasan tersebut bisa diterapkan di Indonesia, sehingga anak-anak Indonesia memiliki mainan dengan kualitas yang baik dan tidak membahayakan.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015