Petani di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mulai mengembangkan kopi Aranio di Desa Tiwingan Kabupaten Banjar antara lain dengan meningkatkan produksi dan penambahan luas lahan perkebunan.
Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) sekaligus Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumedes) Desa Tiwingan Baru Arianto di Martapura, Selasa mengatakan, potensi perkebunan kopi di daerahnya cukup besar.
Saat ini, pohon kopi jenis robusta tumbuh tak beraturan di areal hutan seluas 100 hektare di daerahnya, yang diperkirakan telah ditanam sejak zaman Belanda.
Pohon-pohon kopi tersebut, masih tumbuh subur dan berbuah lebat saat musim kopi, sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk menjadi sumber mata pencaharian maupun untuk konsumsi sendiri.
Kopi dengan ciri fisik, bijinya kecil dan setelah diolah menghasilkan bau yang cukup harum tersebut, kini banyak diburu oleh pedagang kopi.
Sayangnya, potensi besar tersebut, belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan maksimal. Warga belum ada yang membudidayakan dengan menambah luas tanam pohon kopi tersebut.
Padahal, permintaan terhadap kopi tersebut cukup besar, baik yang datang dari dalam daerah, maupun luar daerah, bahkan beberapa juga dari luar negeri.
"Ada permintaan kopi hingga 20 ton, namun kami belum bisa mencukupi permintaan tersebut, karena belum adanya kesadaran masyarakat di Desa Tiwingan Baru, untuk membudidayakan pohon kopi tersebut, supaya menghasilkan kopi yang banyak dan berlimpah," katanya.
Kopi Aranio dihargai Rp35 ribu per kilogram untuk kualitas biasa dan Rp50 ribu per kiloram untuk kualitas super.
Melihat tingginya potensi kopi di Kecamatan Aranio ini, pemerintah melalui Dinas Kehutanan dan Dinas Perkebunan Perternakan Kabupaten Banjar, melakukan pembinaan dan penataan terhadap hutan kopi tersebut.
Selain melakukan penataan, pemerintah juga akan membuka lahan baru melalui program kebun bibit desa (KBD) dengan luas lahan sekitar 40 hektar beserta bibit pohon kopi sebanyak 40 ribu pohon.
Program tersebut, merupakan salah satu program meningkatkan jumlah produksi kopi dan meningkatkan kesejahteraan petani kopi.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, juga mulai fokus mengembangkan UMKM kopi melalui pelatihan terhadap barista.
Melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menangah (UKM), Pemprov Kalsel mengembangkan usaha pengolahan kopi sebagai potensi usaha baru di provinsi ini.
Penjabat Gubernur Kalimantan Selatan Safrizal ZA mengatakan, salah satu sektor yang kini berkembang cukup baik adalah industri pengolahan kopi, terutama kopi khas Kalsel.
Safrizal yang dikenal sebagai pecinta kopi itu berharap, industri kopi di Kalsel juga bisa berkembang cukup baik melalui tangan-tangan barista yang terlatih.
Sebagaimana diketahui, sejak beberapa tahun terakhir, kedai-kedai kopi maupun kafe-kafe yang menyajikan berbagai menu kopi menjamur di Kota Banjarmasin maupun berbagai daerah di Kalsel.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) sekaligus Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumedes) Desa Tiwingan Baru Arianto di Martapura, Selasa mengatakan, potensi perkebunan kopi di daerahnya cukup besar.
Saat ini, pohon kopi jenis robusta tumbuh tak beraturan di areal hutan seluas 100 hektare di daerahnya, yang diperkirakan telah ditanam sejak zaman Belanda.
Pohon-pohon kopi tersebut, masih tumbuh subur dan berbuah lebat saat musim kopi, sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk menjadi sumber mata pencaharian maupun untuk konsumsi sendiri.
Kopi dengan ciri fisik, bijinya kecil dan setelah diolah menghasilkan bau yang cukup harum tersebut, kini banyak diburu oleh pedagang kopi.
Sayangnya, potensi besar tersebut, belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan maksimal. Warga belum ada yang membudidayakan dengan menambah luas tanam pohon kopi tersebut.
Padahal, permintaan terhadap kopi tersebut cukup besar, baik yang datang dari dalam daerah, maupun luar daerah, bahkan beberapa juga dari luar negeri.
"Ada permintaan kopi hingga 20 ton, namun kami belum bisa mencukupi permintaan tersebut, karena belum adanya kesadaran masyarakat di Desa Tiwingan Baru, untuk membudidayakan pohon kopi tersebut, supaya menghasilkan kopi yang banyak dan berlimpah," katanya.
Kopi Aranio dihargai Rp35 ribu per kilogram untuk kualitas biasa dan Rp50 ribu per kiloram untuk kualitas super.
Melihat tingginya potensi kopi di Kecamatan Aranio ini, pemerintah melalui Dinas Kehutanan dan Dinas Perkebunan Perternakan Kabupaten Banjar, melakukan pembinaan dan penataan terhadap hutan kopi tersebut.
Selain melakukan penataan, pemerintah juga akan membuka lahan baru melalui program kebun bibit desa (KBD) dengan luas lahan sekitar 40 hektar beserta bibit pohon kopi sebanyak 40 ribu pohon.
Program tersebut, merupakan salah satu program meningkatkan jumlah produksi kopi dan meningkatkan kesejahteraan petani kopi.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, juga mulai fokus mengembangkan UMKM kopi melalui pelatihan terhadap barista.
Melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menangah (UKM), Pemprov Kalsel mengembangkan usaha pengolahan kopi sebagai potensi usaha baru di provinsi ini.
Penjabat Gubernur Kalimantan Selatan Safrizal ZA mengatakan, salah satu sektor yang kini berkembang cukup baik adalah industri pengolahan kopi, terutama kopi khas Kalsel.
Safrizal yang dikenal sebagai pecinta kopi itu berharap, industri kopi di Kalsel juga bisa berkembang cukup baik melalui tangan-tangan barista yang terlatih.
Sebagaimana diketahui, sejak beberapa tahun terakhir, kedai-kedai kopi maupun kafe-kafe yang menyajikan berbagai menu kopi menjamur di Kota Banjarmasin maupun berbagai daerah di Kalsel.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021