Indeks-indeks utama Wall Street naik ke level tertinggi sepanjang masa pada Jumat (Sabtu pagi WIB), saat data yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS paling lambat dalam enam bulan meningkatkan ekspektasi investor untuk undang-undang bantuan fiskal baru guna membantu menghidupkan kembali ekonomi yang terpukul Virus Corona.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 248,74 poin atau 0,83 persen menjadi berakhir di 30.218,26 poin. Indeks S&P 500 bertambah 32,40 poin atau 0,88 persen menjadi menetap di 3.699,12 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup 87,05 poin atau 0,70 persen lebih tinggi, menjadi 12.464,23 poin. Ketiga indeks membukukan rekor penutupan tertinggi.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir menguat, dengan sektor energi berakhir melonjak 5,43 persen didukung oleh kenaikan harga minyak, mengungguli kelompok lainnya. Sedangkan sektor utilitas tergelincir 1,04 persen, merupakan kelompok dengan kinerja terburuk.



Apa yang disebut saham "siklikal" yang terlihat sangat sensitif terhadap ekonomi, seperti energi, material dan industri, bersinar karena sebagian besar sektor S&P 500 naik.

Laporan Departemen Tenaga Kerja yang diawasi ketat menunjukkan penggajian (payrolls) non-pertanian meningkat 245.000 pekerjaan pada November, di bawah ekspektasi ekonom 469.000 pekerjaan dan kenaikan terkecil sejak pemulihan tenaga kerja dimulai pada Mei. Tingkat pengangguran turun tipis menjadi 6,7 persen dari 6,9 persen pada Oktober, sejalan dengan ekspektasi.

Presiden terpilih Joe Biden mengatakan laporan pekerjaan "suram" pada Jumat (4/12/2020) menunjukkan pemulihan ekonomi terhenti dan memperingatkan "musim dingin yang kelam" di depan akan memperburuk rasa sakit kecuali Kongres AS segera meloloskan RUU bantuan Virus Corona.



"Berita buruk tentang melemahnya angka pekerjaan berpotensi menjadi kabar baik bagi investor karena itu berarti bahwa RUU stimulus jauh lebih mungkin terjadi dalam kerangka waktu yang cukup singkat," kata Ahli Strategi Pasar Senior LPL Financial, Ryan Detrick, di North Carolina .

Sementara itu imbal hasil obligasi 10-tahun AS yang menjadi acuan mencapai level tertinggi sejak Maret, di lebih dari 0,98 persen, membantu mendukung saham-saham keuangan yang sangat sensitif terhadap suku bunga.

Dalam berita perusahaan, saham Boeing turun 1,9 persen ketika seorang eksekutif perusahaan papan atas mengatakan perusahaan tersebut mengurangi produksi 787 Dreamliner untuk keempat kalinya dalam 18 bulan.


 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020