Jembatan Bakubung atau juga dikenal dengan sebutan Jembatan Belanda yang terletak dekat Pasar Beringin di Kelurahan Ampah Kota, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah posisinya bergeser akibat tertabrak kayu besar yang hanyut di Sungai Karau.

“Intensitas hujan yang cukup lama mengakibatkan air Sungai Karau meluap dan berarus deras sehingga membawa sampah dan kayu hingga menabrak tiang jembatan dan membuat posisi Jembatan Belanda itu bergeser dari posisi semula pada Sabtu (28/11) pukul 00.15 Wib dini hari,” kata Camat Dusun Tengah, Supadi saat dihubungi dari Tamiang Layang, Minggu.

Supadi menegaskan, diberi nama Jembatan Belanda karena di bangun pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Jembatan dengan konstruksi kayu ulin berukuran 40x40 centimeter itu diperkirakan di bangun pada tahun 1920-an. Oleh karena itu, Jembatan Belanda memiliki sejarah.

Hal serupa disampaikan warga Ampah Kota, Rustam. Menurutnya, jembatan yang memiliki panjang 26 meter membentang di atas Sungai Karau itu sekarang sangat memprihatinkan karena terjadi erosi di pinggiran sungai sehingga mengganggu kekuatan jembatan.

“Tiang jembatan tidak lagi menyentuh tanah, sedangkan di bagian ujung jembatan juga demikian,” kata Rustam.

Perhatian pemerintah sangat diperlukan agar ada renovasi atau rehabilitasi pada jembatan bersejarah yang dimiliki Indonesia di Kabupaten Bartim itu.

Warga Ampah Kota Rakhmat Hidayat (47) mengatakan, Jembatan Belanda merupakan salah satu cagar budaya di Indonesia yang ada dan merupakan bukti sejarah bahwa pernah ada keberadaan Pemerintahan Kolonial Belanda di Ampah Kota Kecamatan Dusun Tengah.

Jembatan Belanda merupakan peninggalan arkeologi dan tradisi, dan sudah diajukan sebagai jembatan yang masuk kategori cagar budaya, jenis cagar budaya, struktur pada Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Kendala renovasi atau rehabilitasi di situ. Semoga bisa direnovasi atau rehabilitasi dan dilestarikan sebagai bukti sejarah adanya kehadiran Belanda dan adanya perjuangan di Ampah Kota,” demikian Rakhmat Hidayat.

Pewarta: Kasriadi/Habibullah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020