Hari Pangan Sedunia diperingati setiap tanggal 16 Oktober.

Tagar #PahlawanPangan muncul dalam peringatan tahun 2020 ini.

 Sebagai apresiasi bagi Pahlawan Pangan yang sudah berjuang setiap harinya menyediakan bahan pangan untuk kita konsumsi setiap harinya.

Kementrian Pertanian Indonesia menyoroti bagaimana perjuangan sebuah pangan untuk sampai ke meja makan.

Organisasi Pangan Dunia yakni FAO (Food and Agriculture Organization) mengangkat tema Tanam, Pelihara, Lestarikan Bersama.

Dengan kata lain, kita harus terus menanam untuk menghasilkan gizi sekaligus melestarikan ekologi secara bersama-sama.

Hari pangan sedunia 2020 bersama dengan wabah pandemic COVID-19 penting ditafsirkan menjadi sebuah cara hidup baru, bahwa kita harus selalu ingat setelah makan harus tanam.

Selain 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), menjaga asupan makanan sehat juga penting untuk meningkatkan imunitas di masa pandemi COVID-19 Di masa pandemi COVID-19 asupan nutrisi seimbang termasuk sayur dan buah sangat dianjurkan.

Mengingat, makanan yang sehat akan menjaga daya tahan tubuh sehingga tak mudah tertular penyakit.

Dewasa ini penting bagi kita memilah bahan makanan seperti sayur & buah bebas dari pestisida dan bahan residu kimia sisa pertanian yang tentunya dapat membahayakan manusia jika dikonsumsi secara terus menerus.

 Selain itu, penggunaan bahan kimia akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah yang tentunya akan mempengaruhi keseimbangan ekologi yang ada disekitarnya.

 Pertanian organik menjadi salah satu opsi terbaik untuk dijalankan untuk menghasilkan hasil produksi yang sehat dan bebas dari bahaya terpapar bahan kimia, serta sekaligus menjaga lingkungan dari pencemaran yang bisa diakibatkan produk perawatan pertanian yang tidak ramah lingkungan.

Edi Susapto, salah seorang Pahlawan Pangan asal desa Kambitin, Tabalong sudah aktif menjalankan pertanian organik sejak  2017.

Sebelum itu, Sapto juga salah satu petani yang menerapkan pertanian kimia.

Namun pengalamannya suatu hari menyadarkannya bahwa ia memiliki tanggung jawab atas apa yang akan dikonsumsi oleh pembelinya.

“Suatu pagi tidak lama setelah tanaman disemprot pestisida, seorang tengkulak datang untuk membeli sayuran saya. Sempat saya tolak namun sang tengkulak tetap memaksa dan bilang kalau konsumen tidak  memperhatikan hal  itu,"  ungkap Sapto.

Pengalaman itu yang menyadarkannya untuk berpindah dari pertanian kimia ke pertanian organik.

 Selain dirasa lebih sehat dan ramah lingkungan, pertanian yang menerapkan prinsip organik ini dinilai lebih menguntungkan.

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020