Beberapa waktu belakangan ini beredar informasi di media sosial dari salah satu artikel daring yang menyatakan satu cara mendeteksi dini infeksi virus corona baru atau COVID-19 melalui tes fisik setiap pagi. 

Dalam artikel disebutkan, Anda perlu "mengambil nafas dalam dan tahan selama lebih dari 20 detik. Bila dalam mengeluarkan nafas, tanpa batuk, tidak nyaman, lelah dan kaku di dada, berarti tubuh dalam keadaan aman". 

Menanggapi hal ini, ahli pulmonologi dr. Jaka Pradipta menyatakan informasi mengenai deteksi COVID-19 melalui tes fisik adalah berita bohong atau hoaks. 

"Hoax itu. Hati-hati ," ujar dia saat dihubungi ANTARA, Selasa. 



Dalam kesempatan berbeda, dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, Ikhsan Mokoagow mengatakan virus MERS CO-V 2 yang menyebabkan COVID-19 hanya bisa terdeteksi menggunakan uji laboratorium. 

"Umumnya dari swab tenggorok ataupun dahak," kata dia kepada ANTARA, Selasa. 

Pemeriksaan dilakukan setelah didapati gejala-gejala dugaan COVID-19 seperti yang disebutkan Kementerian Kesehatan dan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu; demam di atas 38 derajat Celcius, mengalami gejala saluran pernafasan seperti batuk dan sesak. 

"Plus riwayat kontak dengan pasien COVID-19 atau bepergian ke daerah terjangkit," tutur Ikhsan. 

Menurut Jaka, jika pemeriksaan pertama negatif maka bisa diulang kembali pada 24 jam berikutnya. 

"Bila hasilnya kembali negatif maka pasien bisa dikeluarkan dari pengawasan," kata dia yang juga menegaskan pemeriksaan COVID-19 bukan melalui darah.

WHO merekomendasikan jika Anda mengalami gejala-gejala terduga COVID-19, segera cari pengobatan sejak dini. Sebaiknya beritahu petugas kesehatan jika Anda telah melakukan perjalanan dalam 14 hari sebelum muncul gejala, atau jika telah melakukan kontak erat dengan seseorang yang sedang menderita gejala infeksi saluran pernafasan.
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020