Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarmasin menyebutkan, terjadinya kematian besar ikan bawal tambak hingga mencapai puluhan ton karena kandungan oksigen di sungai Martapura sangat rendah.
KasiProduksi Perikanan, DKP3 Kota Banjarmasin Sulaiman di Banjarmasin, Selasa, menyebutkan, pihaknya sudah melakukan pengecekan atas terjadinya kematian ikan tambak di daerah Banua Anyar di sungai Martapura.
Baca juga: Satpolairud dan Pemko Banjarmasin tabur bibit ikan di perairan Sungai Martapura
Bahkan, kata dia, pihaknya juga sudah melakukan pemeriksaan terhadap air sungai hingga terjadinya demikian.
"Setelah kami cek PH-nya (Hidrogen) normal. Tapi DO sangat kurang, hanya dua. Sehingga ikan kehabisan oksigen. Kalau normal harusnya paling tidak DO-nya sepuluh.
Kondisi ini diperparah dengan tingkat kepadatan ikan dalam keramba," ujarnya.
Sulaiman mengatakan petani mengisi keramba yang rata-rata berukuran 2x3 meter dengan 4.000 ekor ikan.
"Kalau kondisi air normal seperti biasa tidak masalah sebenarnya. Tapi kalau situasi seperti ini hendaknya bisa dikurangi. Paling tidak dua ribu saja," jelasnya.
Meski demikian, ucap Sulaiman, pihaknya memaklumi bawah dilihat dari teori tentu tidak menguntungkan bagi petani tambak.
"Tapi yang perlu diingat saat kemarau jangan dipaksakan," ujanya.
Baca juga: Distankan Tabur Benih Ikan Di Sungai Martapura
Selainnya itu, dia menyatakan, pemberian pakan dari limbah ternak seperti usus ayam tidak baik juga dilakukan kondisi saat ini, karena pencernaan ikan kurang baik saat kemarau ini, didukung tidak optimal oksigen dalam air.
Kemungkinan adanya pengaruh lain, menurut Sulaiman bisa terjadi, seperti limbah batu bara yang mencemari. Namun kecil kemungkinan itu terjadi.
Sebenarnya, para petani ikan di sungai Martapura sudah hapal dengan kondisi saat ini, karena mereka sudah puluhan tahun menjadi petani ikan di sungai ini.
Terkait perhatian atas kejadian ini, menurut dia, DKP3 Banjarmasin akan terus melakukan pemantauan dan mencoba mengingatkan kembali agar para petani bisa menghitung kondisi air saat penebaran bibit ikan.
"Kelompok sebenarnya tahu saja hal seperti selalu mungkin terjadi. Kami mengingatkan kembali waktu penebaran bibit diatur, supaya jangan menemui situasi ini," pungkasnya.
Baca juga: Ikan Sungai Terus Menyusut
Sebelumnya, Wakil Ketua Gapoktan Tambak Ikan Banua Anyar sungai Martapura, Habhan berkata, dari 600 tambak milik 70 petani yang ada di sana, 400 tambak berisi ikan bawal yang sudah siap panen, namun tiba-tiba mati.
"Jadi ikan tambak kelompok kita yang mati ini sekitar 80 ton, kerugian kita mencapai Rp1,2 miliar," tuturnya.
Entah apa yang terjadi sehingga puluhan ton ikan itu mati secara tiba-tiba, ucap dia, pihaknya hanya bisa menerka-nerka, kejadian itu akibat kondisi air yang buruk. Selebihnya mereka tak pernah mendapat informasi yang jelas dari instansi terkait.
Baca juga: KKP Tabur Ikan Lokal Di Sungai Martapura
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
KasiProduksi Perikanan, DKP3 Kota Banjarmasin Sulaiman di Banjarmasin, Selasa, menyebutkan, pihaknya sudah melakukan pengecekan atas terjadinya kematian ikan tambak di daerah Banua Anyar di sungai Martapura.
Baca juga: Satpolairud dan Pemko Banjarmasin tabur bibit ikan di perairan Sungai Martapura
Bahkan, kata dia, pihaknya juga sudah melakukan pemeriksaan terhadap air sungai hingga terjadinya demikian.
"Setelah kami cek PH-nya (Hidrogen) normal. Tapi DO sangat kurang, hanya dua. Sehingga ikan kehabisan oksigen. Kalau normal harusnya paling tidak DO-nya sepuluh.
Kondisi ini diperparah dengan tingkat kepadatan ikan dalam keramba," ujarnya.
Sulaiman mengatakan petani mengisi keramba yang rata-rata berukuran 2x3 meter dengan 4.000 ekor ikan.
"Kalau kondisi air normal seperti biasa tidak masalah sebenarnya. Tapi kalau situasi seperti ini hendaknya bisa dikurangi. Paling tidak dua ribu saja," jelasnya.
Meski demikian, ucap Sulaiman, pihaknya memaklumi bawah dilihat dari teori tentu tidak menguntungkan bagi petani tambak.
"Tapi yang perlu diingat saat kemarau jangan dipaksakan," ujanya.
Baca juga: Distankan Tabur Benih Ikan Di Sungai Martapura
Selainnya itu, dia menyatakan, pemberian pakan dari limbah ternak seperti usus ayam tidak baik juga dilakukan kondisi saat ini, karena pencernaan ikan kurang baik saat kemarau ini, didukung tidak optimal oksigen dalam air.
Kemungkinan adanya pengaruh lain, menurut Sulaiman bisa terjadi, seperti limbah batu bara yang mencemari. Namun kecil kemungkinan itu terjadi.
Sebenarnya, para petani ikan di sungai Martapura sudah hapal dengan kondisi saat ini, karena mereka sudah puluhan tahun menjadi petani ikan di sungai ini.
Terkait perhatian atas kejadian ini, menurut dia, DKP3 Banjarmasin akan terus melakukan pemantauan dan mencoba mengingatkan kembali agar para petani bisa menghitung kondisi air saat penebaran bibit ikan.
"Kelompok sebenarnya tahu saja hal seperti selalu mungkin terjadi. Kami mengingatkan kembali waktu penebaran bibit diatur, supaya jangan menemui situasi ini," pungkasnya.
Baca juga: Ikan Sungai Terus Menyusut
Sebelumnya, Wakil Ketua Gapoktan Tambak Ikan Banua Anyar sungai Martapura, Habhan berkata, dari 600 tambak milik 70 petani yang ada di sana, 400 tambak berisi ikan bawal yang sudah siap panen, namun tiba-tiba mati.
"Jadi ikan tambak kelompok kita yang mati ini sekitar 80 ton, kerugian kita mencapai Rp1,2 miliar," tuturnya.
Entah apa yang terjadi sehingga puluhan ton ikan itu mati secara tiba-tiba, ucap dia, pihaknya hanya bisa menerka-nerka, kejadian itu akibat kondisi air yang buruk. Selebihnya mereka tak pernah mendapat informasi yang jelas dari instansi terkait.
Baca juga: KKP Tabur Ikan Lokal Di Sungai Martapura
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019