Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange kembali turun untuk sesi kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah Ketua Federal Reserve  (Fed)  Jerome Powell menawarkan pandangan positif tentang ekonomi Amerika Serikat, memperlemah permintaan terhadap aset-aset safe haven seperti logam mulia.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember turun 10 dolar AS atau 0,66 persen, menjadi ditutup pada 1.515,5 dolar AS per ounce.

Dalam pidatonya pada Jumat (6/9/2019), Powell mengatakan laporan pekerjaan merupakan pertanda kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja. Dia juga mengatakan prospek ekonomi tetap menguntungkan dan Federal Reserve "tidak memperkirakan atau mengharapkan resesi."

Indeks dolar AS, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang saingannya, naik 0,01 persen menjadi 98,43 pada pukul 17.30 GMT sesaat sebelum penyelesaian perdagangan emas.

Emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar AS, yang berarti jika dolar AS menguat maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.

Sehari sebelumnya, harga emas berjangka jatuh lebih dari dua persen, sebagian besar karena optimisme atas pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China serta data ekonomi yang lebih cerah.

Kepala perunding perdagangan China dan AS sepakat pada Kamis (5/9/2019), untuk bersama-sama mengambil tindakan nyata menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk konsultasi lebih lanjut pada Oktober.

Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 68,8 sen atau 3,66 persen menjadi ditutup pada 18,119 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 5,2 dolar AS atau 0,54 persen, menjadi menetap di 958,5 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga emas turun akibat dolar menguat
Baca juga: Emas berjangka bergerak turun
Baca juga: Emas ditutup di atas 1.400 dolar, pertama kalinya sejak 2013
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019