Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Ujian nasional yang sejak bertahun-tahun menjadi momok bukan hanya bagi siswa peserta ujian nasional, tetapi juga guru dan orangtua, serta pemerintah daerah, kini justru menjadi ajang saling menguatkan antara seluruh pihak di daerah.
Bahkan mungkin tidak berlebihan, bila dikatakan ujian nasional kini justru menjadi salah satu sarana pemersatu antara sekolah, orangtua, ulama dan pemerintah.
Perasaan senasib sepenanggungan, seakan menjadi fenomena baru, dalam menghadapi ujian nasional bagi seluruh siswa kelas enam SD yang akan melanjutkan ke SMP, dari SMP ke SMA dan begitu seterusnya.
Kepentingan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi siswa, sekolah dan daerah, mendorong seluruh pihak terkait untuk bersatu memberikan dukungan penuh kepada seluruh siswa agar bisa mengerjakan setiap tahapan ujian dengan baik.
Ujian nasional mendorong siswa untuk bisa lulus dengan nilai terbaik, sehingga lebih mudah bagi para siswa untuk mendapatkan sekolah terbaik yang mereka inginkan.
Begitu juga sekolah, bila seluruh siswanya bisa lulus dengan baik dan jujur, maka predikat sekolah terbaik juga akan mampu menaikkan nama baik sekolah.
Daerah pun demikian, bila sekolah-sekolah di daerah itu mampu menyelenggarakan ujian nasional dengan baik, maka menjadi salah satu tolok ukur bagi keberhasilan pemerintah daerah dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Keberhasilan penyelenggaraan ujian nasional tersebut, akan menjadi salah satu "jualan" bagi pemerintah daerah tentang keberhasilan mereka dalam menyelenggarakan program pendidikan.
Semangat kebersamaan untuk bisa menyukseskan ujian nasional tersebut, dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang mencoba merangkul seluruh siswa peserta ujian nasional, guru, orang tua siswa dan para ulama.
Dinas Pendidikan, berkolaborasi dengan Kantor Kementerian Agama melaksanakan shalat hajat mendekati pelaksanaan ujian nasional yang diikuti ribuan siswa-siswi dari jenjang SMP sampai SMA sederajat yang ada di Kabupaten HST, juga diikuti orang tua murid, guru dan ulama.
Sementara itu, Bupati HST dalam sambutan yang dibacakan Asisten II H Pandiansyah mengatakan, pelaksanaan shalat hajat ini sangat bernilai positif bagi para siswa dan siswi yang akan menempuh UN.
"Shalat bersama ini, merupakan pembelajaran sejak dini bahwa kalau meminta sesuatu yang sudah di luar kemampuan itu hanya kepada sang maha pencipta, bukan yang lain, tentu setelah seluruh pihak terkait berusaha dan berjuang dengan sebaik-baiknya," katanya.
Menurut Bupati, shalat hajat ini juga merupakan bukti kerja sama yang baik antara Pemkab HST melalui Dinas Pendidikan dengan Kantor Kementrian Agama HST dibantu dukungan para Ulama se-Kabupaten HST.
Bukan hanya di HST, kegiatan yang sama, baik itu doa dan shalat bersama, juga dilakukan hampir oleh seluruh sekolah dan pemerintah daerah di Kalsel.
Selain shalat dan doa bersama, tidak sedikit sekolah dan guru yang rela memberikan jam tambahan belajar, bagi siswanya yang akan melaksanakan ujian nasional. Para orang tua juga memperketat pengawasan terhadap belajar anak.
Bahkan, untuk memberikan dukungan terhadap suksesnya program ini, Bupati Hulu Sungai Selatan (HSS) Achmad Fikry, rela menulis surat yang diberikan kepada seluruh peserta ujian nasional, agar seluruh peserta bisa mengerjakan seluruh soal ujian dengan baik.
Ujian nasional pada akhirnya menjadi ajang saling menguatkan dan silaturahim antara sekolah dan orang tua, untuk saling mendukung dan berbagi semangat untuk mengantar para siswa berjuang, untuk bisa melalui setiap tahapan pembelajaran pendidikan, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kejujuran, bukan angka.
Tentu ini menjadi salah satu modal dan model terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan, untuk bisa memetik pelajaran dari momen ini, bahwa satu kepentingan bersama akan mampu menggerakkan seluruh elemen terkait, untuk mendapatkan yang terbaik.
Seperti kepentingan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bila tujuan tersebut, dijadikan tujuan dan semangat bersama, tentu akan mampu menggerakkan seluruh pihak terkait untuk berperan dan berjuang untuk menyukseskannya.
Mengatasi Kecurangan
Semangat dan kepentingan untuk mendapatkan nilai terbaik oleh siswa, sekolah, dan pemerintah dalam ujian nasional, tidak dapat dipungkiri bisa dimaknai berbeda oleh sebagian pihak.
Tidak sedikit guru yang nekat membantu siswanya dengan memberikan bocoran jawaban kepada para peserta, agar para siswa bisa mendapatkan nilai terbaik.
Kecurangan tersebut, walaupun tidak bisa pernah dibuktikan, karena budaya "tahu sama tahu" dari seluruh pihak terkait, menyebabkan perbuatan tidak jujur tersebut hanya bisa "dirasakan" saja.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan M Yusuf mengatakan, kecurangan dalam ujian nasional memang ada, dilihat dari berbagai indikasi dan evaluasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan, namun sulit untuk dibuktikan.
Untuk meminimalisasi kecurangan tersebut, tambah dia, pihaknya akan memperketat pengawasan terhadap sekolah yang dalam pelaksanaan ujian nasional sebelumnya diduga curang dengan memberikan bocoran jawaban kepada peserta.
Berdasarkan data dari kementerian pendidikan terdapat ratusan sekolah secara nasional yang dinilai tidak jujur saat melaksanakan ujian nasional berbasis pensil dan kertas (PNPK).
Sekolah-sekolah yang diduga curang tersebut, tambah dia, beberapa di antaranya ada di Kalimantan Selatan, terutama beberapa sekolah yang terdapat di daerah pinggiran.
"Ada beberapa sekolah yang akan kita awasi lebih ketat, karena tahun-tahun sebelumnya diduga curang, dengan membantu peserta dalam melaksanakan ujian nasional, atau sekolah yang berada di wilayah abu-abu," katanya.
Indikasinya, kata dia, ada sekolah yang sebagian besar siswanya mendapatkan nilai ujian nasional dengan nilai bagus dan hampir sama, sehingga menjadi salah satu sekolah terbaik dalam mendapatkan nilai ujian nasional.
Padahal, berdasarkan penilaian prestasi siswa dalam belajar setiap harinya, tidak mungkin sekolah tersebut mendapatkan nilai ujian nasional terbaik.
UNBK
Pada 2017, tambah dia, sebanyak 50 persen SMA di Kalsel telah menyelenggarakan UNBK, yaitu dari 185 sekolah, 62 sekolah melaksanakan UNBK mandiri dan 28 sekolah melaksanakan UNBK dengan bergabung di sekolah lain.
"Jadi total sekolah yang melaksanakan UNBK sebanyak 90 sekolah dan sisanya 95 sekolah masih menggunakan ujian berbasis pensil dan kertas (UNPK)," katanya.
Sedangkan untuk MA, dari 146 sekolah yang melaksanakan UNBK 36 sekolah dan sehingga 110 sekolah masih UNPK dan untuk SMK dari 123 sekolah, hanya lima sekolah yang belum melaksanakan UNBK.
Tingkat SMP, dari 635 sekolah sebanyak baru 127 sekolah yang siap melaksanakan UNBK, dan Mts dari 342 sekolah yang UNBK baru 21 sekolah.
Pelaksanaan UNBK dan UNPK untuk SMA 10-13 April 2017, SMP/MTs dimulai pada 2,3,4 dan 8 Mei 2017, sekolah kejar paket B dilaksanakan pada 13,14 dan 22 April, program kejar paket C dilaksanakan pada 16,22 dan 23 April 2017.
Ya, ujian nasional memang penting untuk mengukur kemampuan dan keberhasilan siswa dalam menyerap seluruh pelajaran yang diberikan selama jenjang pendidikan yang ditempuh.
Tapi, kejujuran dalam menyelesaikan setiap soal dalam ujian, adalah menjadi nilai terpenting dibanding hasil dari ujian itu sendiri, karena nilai dari kejujuran tersebut, yang akan menjadi modal utama bagi pembangunan daerah ini ke depan.
Semangat kejujuran inilah yang kini harus terus digelorakan, agar kerja keras siswa, orang tua, pemerintah, aparat keamanan, ulama dan lainnya, tidak menjadi sia-sia.
Biaya besar yang digelontorkan dari APBN dan APBD untuk membangun pondasi pendidikan ini, jangan sampai menguap sia-sia, hanya sekadar untuk mengejar angka-angka.
UN Ajang Saling Menguatkan Orangtua Dan Guru
Minggu, 9 April 2017 6:56 WIB
Ada beberapa sekolah yang akan kita awasi lebih ketat, karena tahun-tahun sebelumnya diduga curang, dengan membantu peserta dalam melaksanakan ujian nasional, atau sekolah yang berada di wilayah abu-abu,