"Kita berharap, dengan mendapat Award tersebut semakin banyak pula orang-orang yang peduli terhadap bekantan atau kera hidung panjang," ujarnya saat menerima SBI Kalsel di ruang kerjanya di Banjarmasin, Selasa.
Pasalnya, lanjut "Srikandi" Partai Golkar tersebut, selama ini masih banyak yang kurang peduli terhadap bekantan yang menjadi maskot fauna Kalsel.
Sementara kehidupan bekantan populasinya belakangan terus menurun dan terancam punah bila tak ada yang peduli terhadap satwa endemik Kalimantan tersebut.
"Oleh sebab itu, secara pribadi kita mendukung atas upaya SBI Kalsel yang terus berusaha menjaga kelestarian bekantan dan memasyarakatkan," demikian Noormiliyani.
Sementara itu Ketua SBI Kalsel Amalia Rezki menerangkan, saat menerima Award 2015 di Jakarta pekan lalu perhatian sejumlah pecinta lingkungan juga mulai tertuju kepada bekantan.
"Kita gembira banyak orang yang mulai menaruh perhatian kepada bekantan. Semoga satwa yang dilindungi dan terancam punah itu tetap lestari, serta bisa berkembang kembali," ujarnya didampingi rekannya Sulfa Asma Vikra yang juga anggota DPRD Kalsel.
Pasalnya kalau sekitar 25 tahun lalu populasi bekantan mencapai ribuan ekor, kini tinggal ratusan saja lagi, ungkap perempuan, aktivis lingkungan tersebut.
"Kita bersyukur ada respons pemerintah pusat yang merencanakan Pulau Bakut Kalsel, yang dekat Jembatan Barito sebagai pusat rebailitasi bekantan. Semoga rencana itu terwujud," demikian Amalia.
Untuk memasyarakatkan bekantan, pemerintah Kota Banjarmasin membuat patung binatan tersebut dengan ukuran besar terletak di taman rekreasi/ siring Sungai Martapura Banjarmasin.
Sebelumnya pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel selain membuat reflika buah kasturi (Manggefira Delmysiai),� juga membuat patung bekatan ukuran kecil terdapat taman maskot kota dekat Masjid Raya Salibilal Muhtadin Banjarmasin.
Oleh Pemprov Kalsel juga menjadikan kasturi sebagai maskot flora provinsi setempat, yang juga terancam langka.