Provinsi Kalimantan Selatan terancam mengalami krisis gula menjelang bulan Ramadhan apabila hal tersebut tidak diatasi secepatnya oleh pemerintah daerah setempat.
Ketua Assosiasi Gula Bersatu Kalsel H. Aftahuddin di Banjarmasin, Jumat mengatakan, Kalsel diperkirakan mengalami krisis gula apbila stok gula tidak dipenuhi menjelang bulan Ramadhan yang jatuh Agustus 2010.
Selama ini stok gula Kalsel hanya berkisar 2.000 ton sedangkan kebutuhan gula masyarakat Kalsel bisa mencapai 9.000 ton setiap bulan.
Dengan adanya kondisi itu diharapkan Pemda setempat bisa mengambil tindakan cepat apabila tidak maka harga gula menjelang Ramadhan bisa naik.
Apalagi saat ini stok gula yang ada hanya berkisar 2.000 ton dan diperkirakan dengan stok minim seperti itu gula hanya bisa bertahan lebih kurang satu setengah bulan saja.
"Stok gula kita hanya 2.000 ton sedangkan yang diperlukan dalam sebulan 9.000 ton dan stok gula tersebut hanya mampu bertahan kurang dari setengah bulan," katanya.
Dalam membahas gula yang sedang dalam krisis diharapkan Pemprov Kalsel bisa mengajak para pengusaha gula berkumpul untuk mencari jalan keluar mengatasi krisis gula jelang Ramadhan.
Tapi Aftah juga menuturkan bahwa selama ini Pemda dalam melakukan diskusi ataupun lelang gula tidak pernah melibatkan pihaknya dan terkesan dilakukan penunjukan langsung terhadap orang-orang dekat.
"Kami berharap Pemda setempat bisa memngajak kami dalam melakukan lelang gula dan juga bisa bersifat transfaran demi kesejahteraan kita semua," ucapnya.
Untuk keterlibat pengusaha daerah agar dilibatkan dalam lelang gula itu maka jelas Aftah, bahwa pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalsel telah menyuruti pihak Perseroan Terbatas Perkebunan Nasional (PTPN) Kalsel.
Dengan adanya hal tersebut pihak PTPN nantinya bisa bekerjasama dengan para pengusaha daerah untuk mengatasi krisis gula yang sedang di alami kalsel dan menemukan jalan keluarnya, lanjutnya.
Saat ini harga eceran gula di Kalsel mencapai Rp9.000 perkilogram dan stok gula yang dibutuhkan dalam satu tahun mencapai 140.000 ton, demikian Aftah.
Krisis Gula
Senin, 12 Juli 2010 9:12 WIB