Banjarmasin, (Antaranews.Kalsel) - Narkoba dengan segala permasalahannya hampir tiap hari menghiasi berita-berita di media massa lokal di Kalimantan Selatan, karena hampir tiap hari pula polisi menangkap tersangka pemakai dan pengedar obat-obatan terlarang ini.
Kapolda Kalsel Brigjen Pol Machfud Arifin saat silaturahim dengan pemimpin redaksi dan insan pers di aula Bhayangkara Mapolda Kalsel mengatakan, bila dirata-rata, dalam satu hari Polda Kalsel menangkap lima orang tersangka dalam kasus narkoba.
Kondisi ini, katanya, tentu sangat mengenaskan, sebab hanya dalam kurun waktu 22 hari terakhir, jajaran Polda Kalsel menangkap 119 tersangka dari 88 kasus.
"Itu berarti dalam sehari Polda berhasil menangkap 4-5 orang tersangka, dengan barang bukti berupa sabu sebanyak 1.235,16 gram, ekstasi 9.623 butir dan obat golongan IV sebanyak 15.501 butir," katanya.
Selain itu, juga diamankan barang bukti di Kabupaten Tanah Laut sebanyak satu kilogram sabu dan 9.512 butir pil ekstasi. Bahkan dalam beberapa pekan terakhir, warga Kalsel juga digemparkan dengan penangkapan tersangka pengedar sabu-sabu dengan barang bukti sebanyak 3,6 kilogram dan ekstasi hingga 4 ribu butir lebih senilai hampir Rp6 miliar.
Kalsel kini sedang dalam cengkeraman gurita peredaran narkoba, dan tampaknya setiap waktu cengkeraman tersebut semakin kuat, karena peredaran obat-obatan haram tersebut kini tidak hanya melibatkan warga sipil, tapi juga aparat keamanan baik TNI maupun Polri.
Peredaran narkoba di Kalsel, ibarat pepatah, hilang satu tumbuh seribu, kendati aparat keamanan setiap hari berhasil menangkap tersangka pengedar maupun pengguna narkoba, namun tampaknya hal tersebut belum mampu meredakan perdagangan berbagai macam obat-obatan terlarang itu.
Bahkan, jaringannya kini sudah sampai ke sekolah-sekolah, mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, mulai dari kota hingga pelosok kampung, dan penggunanya juga dari anak SD hingga orang lanjut usia.
"Kita cukup kesulitan untuk mengendalikan peredaran narkoba, kendati tiap hari ada penangkapan, tetapi seakan peredaran narkoba tidak ada habisnya," kata Kapolda.
Berbagai upaya pencegahan peredaran narkoba secara massal telah dilakukan oleh hampir seluruh pihak, bukan hanya oleh Badan Narkotika Nasional dan Provinsi serta kepolisian daerah, tetapi juga telah melibatkan seluruh lini mulai dari organisasi kepemudaan, sekolah dan aparat terkait lainnya.
Namun, upaya tersebut juga belum berhasil maksimal, terbukti Polda Kalsel masih merilis besarnya temuan dan peningkatan hasil tangkapan peredaran sabu dan tindak kejahatan lainnya.
Bahkan disebutkan, kini hampir 80 persen penghuni Lapas Teluk Dalam Banjarmasin adalah terdakwa kasus narkoba dan peredaran obat-obatan terlarang.
Pada tahun 2012, Polda Kalsel berhasil mengungkapkan 1.178 kasus narkoba, dengan 1.577 tersangka, berikut barang bukti ganja sebanyak 76,64 gram, ekstasi 3.373 butir, sabu 4.385,97 gram, putau 79,64 gram, obat golongan empat 553.287 butir dan baya 13.736 botol ditambah 95 liter dan 49.520 butir.
Sementara pada 2013 terjadi tindak pidana sebanyak 1.367 kasus yang melibatkan 1.796 tersangka, dengan barang bukti berupa ganja 1.640 gram, ekstasi 3.098 butir, dan sabu 5.249 butir.
Sementara sejak Januari hingga Maret 2014 ini, terjadi tindak pidana narkoba sebanyak 280 kasus, melibatkan 358 tersangka, dengan barang bukti berupa ganja 105,6 gram, ekstasi 9.935 butir, sabu 1.974 gram dan golongan empat 49.018 butir.
Pasar Potensial
Kepala Bidang Pencegahan Badah Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan Ifansyah mengungkapkan, daya beli masyarakat Kalimantan Selatan untuk narkoba cukup tinggi sehingga perlu upaya terus menerus mengingatkan masyarakat terhadap bahaya obat-obatan terlarang tersebut.
Kalimantan Selatan, katanya, dianggap sebagai jalur favorit peredaran narkoba di Indonesia dan kini menduduki peringkat keenam terbesar dengan 45 ribu pengguna.
Kondisi tersebut didukung dengan kemampuan daya beli masyarakat yang tinggi, sehingga menjadikan daerah ini ladang subur bagi peredaran narkoba di Tanah Air.
Bahkan letak Kalsel sebagai pintu masuk untuk ke beberapa daerah lain, seperti ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, juga menjadi lokasi strategis masuknya berbagai macam jenis obat terlarang dari luar negeri maupun luar provinsi.
"Kalimantan Selatan merupakan daerah yang cukup kaya, karena sumber daya alam yang cukup melimpah, baik itu pertambangan batu bara maupun perkebunan sawit," katanya.
Menurut Ifan, dari tahun ke tahun, peringkat peredaran narkoba di Kalsel terus meningkat, dari sebelumnya rangking VII peredaran narkoba tertinggi nasional, pada 2012 menjadi rangking VI dan pada 2013 dikabarkan menduduki rangking V.
"Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan, kendati tiap hari kepolisian maupun BNN terus melakukan penangkapan, tetapi peredaran narkoba terus meningkat," katanya.
Apalagi, kata dia, 90 persen kelompok coba pakai narkoba adalah para remaja yang kini duduk di bangku SLTP dan SLTA, yang merupakan modal masa depan bangsa ini.
Secara nasional, kata Ifan, berdasarkan penelitian BNN dan Putlitkes Universitas Indonesia, prevalensi penyalahgunaan narkoba terus meningkat setiap tahun.
Pada 2008, pengguna narkona hanya 1,99 persen dari jumlah penduduk, kemudian 2011 meningkat menjadi 2,32 persen atau sekitar 3,8 juta jiwa, dan 2015 naik lagi menjadi 2,8 persen atau sekitar 5,8 juta jiwa, dengan barang bukti senilai Rp48 triliun.
Khusus Kalsel, kata dia, pada 2009 terdapat 1.073 kasus narkoba, 2010 pengungkapan kasus turun menjadi 828 kasus, kemudian 2011 naik menjadi 1.230 kasus, 2012 naik lagi menjadi 1.591 kasus, dan 2013 Januari hingga Agustus sebanyak 1.433 kasus.
"Jalur masuk narkoba paling banyak adalah dari pelabuhan laut, karena di lokasi tersebut, tidak ada alat pendeteksi keluar masuknya barang," katanya.
Lokasi yang kini juga dicurigai sebagai jalur masuknya narkoba adalah pelabuhan khusus batu bara, karena diduga peredaran narkoba di Kalsel juga banyak terjadi di daerah tambang.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan, Ifansyah, mengatakan ada 21 narkoba jenis baru yang beredar di Banjarmasin.
Sebagian narkoba jenis baru disinyalir berasal dari Rusia, sementara bahan bakunya mengandung campuran bensin, salah satunya jenis krokodil.
"Ada kandungan bensin di dalamnya. Kami sudah meneliti soal bahan racikan 21 narkoba jenis baru itu," kata Ifansyah usai pemaparan peredaran dan pencegahan narkoba di Kalimantan Selatan.
Menurut dia, narkoba campuran bensin memiliki tingkat bahaya 10 kali lipat dari narkoba biasa.
Terkendali
Kapolda Kalsel Brigjen Pol Machfud Arifin berharap, pada 2014 berbagai kasus gangguan keamanan terutama narkoba harus benar-benar sudah bisa dikendalikan, selain untuk menyelamatkan generasi muda, juga karena kondisi LP di Kalsel yang sudah sangat tidak memungkinkan.
Menurut dia, banyaknya tangkapan terutama tersangka kasus narkoba, membuat kondisi Lapas yang kini sudah "overload" semakin sesak, sehingga dikhawatirkan bakal terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kondisi Lapas sudah cukup sesak, sehingga diharapkan penangkapan kasus pada 2014 bisa dikendalikan antara lain dengan melakukan tindakan preventif, jangan sampai peredaran narkoba dan lainnya terus merajalela," katanya.
Anggota Komisi I bidang hukum dan pemerintahan DPRD Provinsi Kalsel Riduan Masykur mengatakan, Polda Kalsel bersama BNN serta aparat terkait lainnya sebaiknya memberikan pengawasan lebih terhadap pintu masuk narkoba ke Kalimantan Selatan.
"Dengan memperketat pengawasan pada pintu-pintu masuk narkoba, Insya Allah Kalsel terbebas dari peredaran barang haram itu atau setidaknya berkurang," katanya.
Menurut dia, pintu masuk narkoba yang paling rawan dan pengawasannya harus ekstra ketat, yaitu melalui jalur laut.
Jalur laut dimaksud, bukan hanya lewat pelabuhan resmi, tapi bisa dengan berbagai cara ilegal dari awal keberangkatan kapal hingga sebelum tiba di pelabuhan.
"Jadi lewat jalur laut banyak pintu masuk dibandingkan dengan melalui bandar udara yang hanya satu pintu. Karena itu pengawasan lewat bandara relatif mudah, kecuali memang ada permainan petugas," katanya.
Semangat pemberantasan narkoba juga terus digelorakan oleh semua pihak dengan berbagai cara, antara lain dengan media musik, penyuluhan, teater dan media sosialisasi lainnya tentang bahaya narkoba.
Pemerintah Kota Banjarmasin, misalnya, menggelar konser musik antinarkoba yang melibatkan para pemusik generasi muda di wilayah tersebut.
Dewan Pengurus Cabang Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), mencegah bahaya dan peredaran narkoba antara lain melalui penyuluhan melalui "stand-up comedy" dengan mendatangi sekolah-sekolah.
"Penyuluhan ini terasa cukup komunikatif, menghibur sekaligus mendidik generasi muda akan bahaya penyalahgunaan narkoba," kata Ketua DPD KNPI HST Hj Suryatin Hidayah.
Bupati Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan Abdul Wahid saat membuka Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscab LB) Pemuda Pancasila (PP) di Amuntai, meminta peran organisasi tersebut untuk menyelesaikan masalah yang sangat rawan tersebut.
Persoalan rawan tersebut antara lain melingkupi persoalan generasi muda di Hulu Sungai Utara (HSU), di mana daerah ini berada pada peringkat kedua kasus narkoba di Kalimantan Selatan.
"Pemuda Pancasila sebagai organisasi kepemudaan harus menjadi pelopor untuk ikut mengatasi penyalahgunaan obat-obatan terlarang ini," kata Bupati.
Wahid juga berharap segenap elemen masyarakat turut memberikan masukan untuk mengatasi persoalan obat-obatan terlarang ini.
Pemerintah, masyarakat dan organisasi kemasyarakat , katanya harus bahu membahu dalam mengatasi setiap permasalahan daerah agar lebih mudah dalam mengatasi berbagai persoalan dan rintangan.
Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin mengaku prihatin dengan maraknya peredaran narkoba di wilayahnya.
"Perlu upaya semua pihak untuk menangkal masuknya narkoba, tidak hanya hanya aparat, tetapi peran orang tua serta dunia pendidikan untuk menyosialisasikan mengenai bahaya narkoba kepada generasi muda," katanya.
Perjuangan Kalsel Lepas Dari Cengkeraman "gurita" Narkoba Oleh Ulul Maskuriah
Senin, 21 April 2014 5:44 WIB